Kamis, 13 November 2008

Cinta ALLAH, diatas cinta kami

Alhamdulillahirabbil’alamin, kepada ALLAH kami mohon ampunan dan lindungan dari rasa susah dan sedih. Kepada-Nya kami mengadukan segala kelemahan kami. Kebahagiaan yang tak terperi atas karunia kesederhanaan ini, karena dari kesederhanaan inilah kami senantiasa merasa bahwa nikmat ALLAH atas hamba-hamba-Nya sungguh sangat banyak.

“laa yukalifullahu nafsan illa wus’ngafaa, lahaa maa kasabat wa’alayhaa maktasabat.....”

Lantunan singkat potongan ayat terakhir surat Al-Baqarah itulah yang selalu mengharuskan kami bersyukur atas semua nikmat yang ALLAH berikan kepada kami, baik itu nikmat kemudahan maupun berbagai nikmat keterbatasan.


Beberapa yang hari lalu kami mencoba melanjutkan puasa yang kami rindui untuk kembali kami laksanakan. Sebab setelah beberapa waktu tertunda lantaran beberapa teman sakit. Sembari mengajak yang lain juga biar lebih semangat dan jadi pengingat bersama. Di sisi lain memang kami bukan orang yang berkemampuan finansial lebih.

Inilah salah satu kisah yang menjadi kenikmatan kami dalam menjalankan amanah di kampus cukup tenar di Padang.

Pada tahun ini kami mendapat amanah yang cukup strategis di lembaga formal tingkat fakultas. Sebagai Ketua Umum, Sekum, Kabid I dan Kabid II, kami berempat. Pada awalnya kami melakukan amalan sunah sendiri-sendiri, kemudian ada dari salah seorang dari kami yang mencoba mengajak buka puasa bersama tiap hari Senin. Akhirnya beberapa orang terdorong untuk ikut buka puasa sorenya, tentunya dengan diawali dengan puasa terlebih dahulu.

Hari demi hari kami lalui dengan cukup bahagia sembari mengajak yang lain untuk memperbaiki diri sendiri, lalu menyeru yang lain juga. Kemudian dalam perjalanannya Kabid I dan II mengalami kondisi badan kurang mendukung untuk melanjutkan aktifitas puasa sunnah tersebut, sebab dengan tidak selang terlalu lama Sekum mencoba mengajak untuk meningkatkan puasa sunnah Senin-Kamis menjadi puasa Nabi Daud, sehari puasa sehari tidak dan seterusnya. Akhirnya kondisi badan kedua kabid semakin melemah dan memutuskan untuk tidak puasa beberapa waktu.

Ketua tetap mencoba melanjutkan puasa Senin-Kamisnya walaupun sering berbuka ketika ada undangan-undangan keluar, karena sunnahnya demikian. Sekum juga ingin meneruskan puasa Nabi Daud-nya, walaupun juga harus berbuka ketika ada hidangan dari saudaranya.

Saat ini kabid II sudah sembuh dari sakitnya namun sering berada di luar kota sehingga kebersamaan puasa ini belum lagi dirasakan bersama. Kabid I saat ini masih sakit dan belum memungkinkan untuk melanjutkan puasa sunnah, meski secara pribadi ingin memaksakan untuk menjalankan puasa. Subhanallah, ALLAH selalu menganugerahkan hamassah di dada ini untuk senantiasa memperbaiki dan menambah amalan atas sisa hidup kami. tsabit qalbi ‘alaa diinik.....

Puasa ini juga dalam rangka semakin menambah benteng diri dari budaya Padang yang sok kebarat-baratan, cuex, hedon, memamerkan aurat dan yang lain. Beberapa minggu ini Sekum memang mengalami kendala keuangan namun tetap memaksakan diri untuk puasa, ternyata Ketua juga mengalami kendala keuangan lantaran beasiswa yang selama ini diterima sudah diambang periode penerimaan. Awalnya kondisi ini berjalan biasa-biasa saja, namun pada suatu hari ketahuan juga akhirnya. Untuk urusan pribadi kami memiliki rahasia dan memang tidak terlalu terbuka, tapi untuk mengurusi orang lain dan ummat kami ingin menjadi yang terdepan. Itulah watak yang menyatukan kami.

Suatu malam saat ketua mengajak sekum berjalan keluar dari sekretariat untuk mencari makan di desa depan kampus.

“Lan, ayo makan...!!!” ajak sang ketua.

“Ntar dulu Mar, masih nerima telpon..” jawab sekum sembari mengangkat handphone usangnya.

“Ya, udah duluan ya..??, ntar ente nyusul aja.” lanjut ketua.

“Dimana, makannya Mar?” tanya balik sekum,

“Di Pahe aja...., nyusul ya, ane tunggu disana....” jawab ketua. (pahe = paket hemat, salah satu menu yang disediakan untuk anak-anak kost di warung depan kampus)

“Yaa, Insya’ALLAH...ane nyusul” tutup sekum.

Namun setelah selesai menerima telpon, ia baru sadar kalau uangnya hari ini tinggal lima ratus rupiah.

“Waduh makan apa yaa??” gumam sekum sendiri. Dalam batin ia berbicara, “Oia tadi siang kan udah makan, jadi walau kemarin terakhir makan nasi 2 hari lalu, tapi kayaknya masih bisa ditahan laparnya. Dan besok alangkah indahnya jika puasa, karena beda rasanya menahan lapar biasa dengan menjalankan puasa. Ya udah tunggu Amar di sekretariat aja, ga usah nyusul ke pahe.”

Tidak lama sekitar 30 menitan, ketua muncul...

Dan mulai menyampaikan keluhannya, “Wah seminggu ini ane kacau Lan, masa satu minggu ini makan ngutang melulu...”

Sambil senyum, sekum balik bertanya “Emang lagi ga ada duit? Sama dong dengan ane...”

“Iya nich, ane tadi malem makan pinjem sama si fulan trus ambil minuman itu juga belum ana bayar...” jawab ketua sambil tangan menunjuk botol minuman serat alami produk kampus sendiri.

Sambil tersenyum haru sekum melanjutkan kesibukannya untuk komunikasi via sms dengan rekan kerjanya. Sejenak suasana terdiam, sambil masing-masing melempar senyum, tanpa harus diteruskan keluhannya.

Lalu datang 2 orang tamu dari mitra lembaga di kampus itu, yang juga sering bermalam di sekretariat sebab tugas-tugas lembaga cukup banyak menguras waktu malamnya. Ternyata memang janjian bahwa malam itu mau membahas issue strategis kampus, yakni tentang kenaikan biaya pendidikan. Subhanallah, ketika pengurus yang lain sudah istirahat di rumah dan kost masing-masing, mereka masih memikirkan langkah-langkah apa yang akan ditempuh dalam menjalankan amanah ini. Semoga ALLAH membalas waktu yang tergadai dengan sebaik-baiknya balasan.

.....................
Kerinduan berjumpa dengan ALLAH kelak, adalah kebahagiaan yang semata-mata kami harapkan. Masa panen bukan disini....

1 komentar: