Kamis, 13 November 2008

Cinta ALLAH, diatas cinta kami

Alhamdulillahirabbil’alamin, kepada ALLAH kami mohon ampunan dan lindungan dari rasa susah dan sedih. Kepada-Nya kami mengadukan segala kelemahan kami. Kebahagiaan yang tak terperi atas karunia kesederhanaan ini, karena dari kesederhanaan inilah kami senantiasa merasa bahwa nikmat ALLAH atas hamba-hamba-Nya sungguh sangat banyak.

“laa yukalifullahu nafsan illa wus’ngafaa, lahaa maa kasabat wa’alayhaa maktasabat.....”

Lantunan singkat potongan ayat terakhir surat Al-Baqarah itulah yang selalu mengharuskan kami bersyukur atas semua nikmat yang ALLAH berikan kepada kami, baik itu nikmat kemudahan maupun berbagai nikmat keterbatasan.


Beberapa yang hari lalu kami mencoba melanjutkan puasa yang kami rindui untuk kembali kami laksanakan. Sebab setelah beberapa waktu tertunda lantaran beberapa teman sakit. Sembari mengajak yang lain juga biar lebih semangat dan jadi pengingat bersama. Di sisi lain memang kami bukan orang yang berkemampuan finansial lebih.

Inilah salah satu kisah yang menjadi kenikmatan kami dalam menjalankan amanah di kampus cukup tenar di Padang.

Pada tahun ini kami mendapat amanah yang cukup strategis di lembaga formal tingkat fakultas. Sebagai Ketua Umum, Sekum, Kabid I dan Kabid II, kami berempat. Pada awalnya kami melakukan amalan sunah sendiri-sendiri, kemudian ada dari salah seorang dari kami yang mencoba mengajak buka puasa bersama tiap hari Senin. Akhirnya beberapa orang terdorong untuk ikut buka puasa sorenya, tentunya dengan diawali dengan puasa terlebih dahulu.

Hari demi hari kami lalui dengan cukup bahagia sembari mengajak yang lain untuk memperbaiki diri sendiri, lalu menyeru yang lain juga. Kemudian dalam perjalanannya Kabid I dan II mengalami kondisi badan kurang mendukung untuk melanjutkan aktifitas puasa sunnah tersebut, sebab dengan tidak selang terlalu lama Sekum mencoba mengajak untuk meningkatkan puasa sunnah Senin-Kamis menjadi puasa Nabi Daud, sehari puasa sehari tidak dan seterusnya. Akhirnya kondisi badan kedua kabid semakin melemah dan memutuskan untuk tidak puasa beberapa waktu.

Ketua tetap mencoba melanjutkan puasa Senin-Kamisnya walaupun sering berbuka ketika ada undangan-undangan keluar, karena sunnahnya demikian. Sekum juga ingin meneruskan puasa Nabi Daud-nya, walaupun juga harus berbuka ketika ada hidangan dari saudaranya.

Saat ini kabid II sudah sembuh dari sakitnya namun sering berada di luar kota sehingga kebersamaan puasa ini belum lagi dirasakan bersama. Kabid I saat ini masih sakit dan belum memungkinkan untuk melanjutkan puasa sunnah, meski secara pribadi ingin memaksakan untuk menjalankan puasa. Subhanallah, ALLAH selalu menganugerahkan hamassah di dada ini untuk senantiasa memperbaiki dan menambah amalan atas sisa hidup kami. tsabit qalbi ‘alaa diinik.....

Puasa ini juga dalam rangka semakin menambah benteng diri dari budaya Padang yang sok kebarat-baratan, cuex, hedon, memamerkan aurat dan yang lain. Beberapa minggu ini Sekum memang mengalami kendala keuangan namun tetap memaksakan diri untuk puasa, ternyata Ketua juga mengalami kendala keuangan lantaran beasiswa yang selama ini diterima sudah diambang periode penerimaan. Awalnya kondisi ini berjalan biasa-biasa saja, namun pada suatu hari ketahuan juga akhirnya. Untuk urusan pribadi kami memiliki rahasia dan memang tidak terlalu terbuka, tapi untuk mengurusi orang lain dan ummat kami ingin menjadi yang terdepan. Itulah watak yang menyatukan kami.

Suatu malam saat ketua mengajak sekum berjalan keluar dari sekretariat untuk mencari makan di desa depan kampus.

“Lan, ayo makan...!!!” ajak sang ketua.

“Ntar dulu Mar, masih nerima telpon..” jawab sekum sembari mengangkat handphone usangnya.

“Ya, udah duluan ya..??, ntar ente nyusul aja.” lanjut ketua.

“Dimana, makannya Mar?” tanya balik sekum,

“Di Pahe aja...., nyusul ya, ane tunggu disana....” jawab ketua. (pahe = paket hemat, salah satu menu yang disediakan untuk anak-anak kost di warung depan kampus)

“Yaa, Insya’ALLAH...ane nyusul” tutup sekum.

Namun setelah selesai menerima telpon, ia baru sadar kalau uangnya hari ini tinggal lima ratus rupiah.

“Waduh makan apa yaa??” gumam sekum sendiri. Dalam batin ia berbicara, “Oia tadi siang kan udah makan, jadi walau kemarin terakhir makan nasi 2 hari lalu, tapi kayaknya masih bisa ditahan laparnya. Dan besok alangkah indahnya jika puasa, karena beda rasanya menahan lapar biasa dengan menjalankan puasa. Ya udah tunggu Amar di sekretariat aja, ga usah nyusul ke pahe.”

Tidak lama sekitar 30 menitan, ketua muncul...

Dan mulai menyampaikan keluhannya, “Wah seminggu ini ane kacau Lan, masa satu minggu ini makan ngutang melulu...”

Sambil senyum, sekum balik bertanya “Emang lagi ga ada duit? Sama dong dengan ane...”

“Iya nich, ane tadi malem makan pinjem sama si fulan trus ambil minuman itu juga belum ana bayar...” jawab ketua sambil tangan menunjuk botol minuman serat alami produk kampus sendiri.

Sambil tersenyum haru sekum melanjutkan kesibukannya untuk komunikasi via sms dengan rekan kerjanya. Sejenak suasana terdiam, sambil masing-masing melempar senyum, tanpa harus diteruskan keluhannya.

Lalu datang 2 orang tamu dari mitra lembaga di kampus itu, yang juga sering bermalam di sekretariat sebab tugas-tugas lembaga cukup banyak menguras waktu malamnya. Ternyata memang janjian bahwa malam itu mau membahas issue strategis kampus, yakni tentang kenaikan biaya pendidikan. Subhanallah, ketika pengurus yang lain sudah istirahat di rumah dan kost masing-masing, mereka masih memikirkan langkah-langkah apa yang akan ditempuh dalam menjalankan amanah ini. Semoga ALLAH membalas waktu yang tergadai dengan sebaik-baiknya balasan.

.....................
Kerinduan berjumpa dengan ALLAH kelak, adalah kebahagiaan yang semata-mata kami harapkan. Masa panen bukan disini....

KISAH MANIS PENGORBANAN

Semulia-mulia pengorbanan adalah di jalan Allah. Sepahit apapun pengorbanan tersebut, pasti akan terasa manis di ujungnya.
ALKISAH. Tersebutlah tiga orang pemuda bersaudara dari Negeri Syam. Ketiganya adalah penunggang kuda yang gagah berani. Dalam sebuah pertempuran, ketiganya tertangkap dan dijadikan tawanan pasukan Romawi. Selama dalam penahanan ketiganya diperlakukan dengan sangat baik, bahkan segala kebutuhannya dipenuhi. Ternyata, semua itu hanya bujukan belaka agar mereka mau berpindah agama.



Suatu ketika, mereka dihadapkan pada Raja Romawi. "Aku akan mengangkat kamu semua menjadi pejabat istana dan akan kunikahkan dengan puteriku, asal kalian mau berpindah agama," kata Raja Roma.

Ketiganya menolak tawaran itu dan hanya berkata, "Ya, Muhammadah!".
Kesabaran sang raja akhirnya habis. Gagal membujuk dengan cara halus, ia mulai melakukan ancaman dan kekerasan. Di hadapan ketiga pemuda itu disiapkan sebuah kuali besar yang berisi minyak dan di bawahnya dinyalakan api. Tapi pemuda-pemuda itu tetap bersikukuh pada pendiriannya.

Sang raja makin geram. Satu persatu mulai dimasukkan ke dalam kuali. Diawali yang sulung, ia menggelepar kesakitan dengan disaksikan kedua adiknya. Lalu dicampakkan pula pemuda yang tengah. Keduanya syahid dengan cara yang amat mengenaskan; digoreng!.
Tinggalah yang bungsu. Hampir saja ia dilemparkan ke dalam kuali andai saja tidak ditahan oleh seorang pejabat istana,

"Tuanku, jangan dibunuh dulu pemuda ini. Serahkanlah padaku. Aku sanggup membujuknya agar ia keluar dari Islam," usul pejabat tersebut.
"Apa yang akan kamu perbuat?" Tanya raja.

"Saya tahu betul perangai orang Arab. Mereka akan lupa daratan bila dihadapkan pada wanita. Setahu saya tidak ada wanita yang paling cantik di negeri Roma ini secantik anakku. Serahkanlah pemuda itu kepadaku dan akan aku hadapkan kepadanya biar dialah yang akan membujuknya hingga ia mau keluar dari Islam.

Raja setuju dengan gagasan itu dan memberinya waktu empat puluh hari. Pejabat istana itu segera membawa pulang sang pemuda ke rumahnya. Lalu ia diserahkan kepada puterinya yang cantik jelita setelah terlebih dahulu memberitahukan rencananya.

Lalu, keduanya ditempatkan di sebuah ruangan yang terkunci rapat. Siang malam puteri itu membujuk sang pemuda dengan berbagai cara. Tapi sejak itu pula sang pemuda terus-menerus berpuasa di siang hari dan tahajud di malam hari. Hingga batas waktu yang ditentukan terlewati.
Atas kebijakan raja, waktu "menggoda" pun ditambah empat puluh hari lagi. Keduanya diasingkan ke luar ibukota. Lagi-lagi sang puteri harus menemui kegagalan. Bahkan, secara perlahan hatinya mulai dihinggapi cahaya hidayah. Ia luluh melihat keteguhan sang pemuda dalam menjaga agama dan kesucian dirinya. Akhirnya, ia bersyahadat di hadapan sang pemuda.
* * *

MEREKA lalu meninggalkan tempat itu diam-diam. Berhari-hari mereka berjalan meninggalkan Romawi menuju Syam. Selama perjalanan, muncullah benih-benih cinta di antara mereka, hingga keduanya sepakat untuk menikah.

Pada suatu malam, ketika sedang berjalan, terdengarlah bunyi tapak kaki kuda. Tidak lama kemudian muncul dua orang kakak si pemuda yang telah syahid. Mereka dikawal para malaikat, lalu memberikan salam.

"Wahai abangku, bagaimana rasanya dicampakkan ke dalam minyak yang mendidih itu?" tanya si pemuda.

"Hanya sakit sebentar saja. Setelah itu aku ke luar, lalu terbang menuju Firdaus. Adapun kehadiran kami kali ini adalah untuk memberikan selamat atas pernikahanmu dengan gadis itu".
* * *
SAHABAT, pengorbanan sejati adalah panggilan hati. Ia tak mungkin lahir dari paksaan atau ancaman. Dan semulia-mulia pengorbanan adalah di jalan Allah. Sepahit apapun pengorbanan tersebut, pasti akan terasa manis di ujungnya, seperti manisnya kisah tiga pemuda di atas. (Ems)

love isn't chocolate

Cinta bukanlah coklat
Hari-hari gene nggak sedikit remaja ngerubung mal en toko-toko suvenir. Nggak sekadar window shopping atau cuci mata, mereka udah megang duit untuk beli kartu cinta, setangkai kembang, en sebatang coklat. Tiga barang itu emang udah lengket banget dengan V-Day dan tanda kasih sayang. Ya iyalah!
Anak-anak umat Islam udah banyak yang nggak mikir lagi gimana sejarahnya V-Day apalagi soal boleh nggaknya kita-kita yang muslim ikut terjun ngerayainnya. Pokoknya seru, bisa berkasih sayang, bisa ekspresikan rasa cinta, dan pastinya dapat something special dari someone yang dicintai. Huhuy!
Nggak ragu lagi
Udah deh, kita udah sering banget ngebahas soal sejarah V-Day itu. Banyak banget hal-hal yang dateng dari luar Islam. Ada campuran mitologi bangsa Yunani dan agama Kristen. Ada si Cupid, dewa asmara, yang bersayap en terbang ke mana-mana bawa panah amor (cinta). Si Cupid ini konon ngebidik pria en wanita biar jatuh cinta.
And so on dalam sejarahnya, V-Day juga identik dengan budaya Nasrani. Yang katanya ada pendeta bernama St. Valentine yang menikahkan secara diam-diam para pemuda dan pemudi padahal dibawah ancaman kekaisaran Romawi.
Belum lagi aneka budaya ekspresi cinta yang macam-macam di hari Valentine. Termasuk yang nekatz ngelakuin seks pranikah on Valentine. Aduh, biyung!
Jadi, mau apalagi? Dilihat dari sana en sini V-Day itu nggak bisa dihalalkan. Kelewat banyak yang haramnya, lho! Mulai dari menyerupai orang kafir, merayakan hari raya mereka, sampai ekspresi cinta dan kasih sayang yang nggak syar’i. Allah Swt. berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنْ تُطِيعُوا فَرِيقًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi al-Kitab, niscaya mereka akan mengem-balikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.” (QS. Ali Imran [3]: 100)
Malah, denger-denger banyak rohaniawan Nasrani yang juga melarang umat Kristiani merayakan V-Day. Nah, kalo yang non-muslim aja ngelarang, masak iya remaja muslim justru merayakannya. Iya nggak sih?
Bukan sebatang coklat
Guyz, lagian kalo dipikir, sempit banget kalo cinta itu kudu diekspresikan hanya pada hari tertentu, katakanlah pas V-Day. Berarti selama 364 hari dalam setahun kemana aja tuh cinta berlari? Bukannya cinta itu kudu tumbuh dan berkembang setiap hari? Kapan pun, seorang remaja muslim kan kudu menebar cinta dan kasih sayang pada sesama.
Yup, Islam itu agama yang ngajak umatnya untuk love and care pada sesama. Sabda Nabi saw.: “Orang yang berbelas kasih akan dikasihi oleh Allah Yang Maha Pengasih, maka kasihilah penduduk bumi niscaya engkau akan dikasihi oleh penduduk langit.” (HR Abu Daud)
Jangan lupa, Allah Swt. itu kan zat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Bukan dewa yang haus darah. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah hadits yang indah: “Allah menciptakan kasih sayang dalam seratus bagian, kemudian menetapkan 99 bagian di sisi-Nya dan menurunkan satu bagian ke bumi, dari satu bagian inilah semua makhluk saling mengasihi hingga seekor kuda mengangkat kaki dari anaknya karena khawatir menginjaknya.”
Tuh, berkat cinta dan kasih sayang sampai-sampai induk hewan pun nggak meng-injak anaknya. So, pendek banget kalo cinta cuma diekspresikan dalam sebatang coklat, atau kartu cinta, apalagi boneka Teddy Bear.
Malah seringkali terjadi kasih sayang yang nggak pas. Contohnya begini, ada remaja yang bisa menyatakan cinta pada kekasihnya, tapi nggak pernah bilang sayang sama ortu. Bisa ngasih coklat pada doinya, tapi nggak pernah ngasih sesuatu yang istimewa untuk bundanya. Siap anter-jemput kekasih setiap saat (persis tukang ojek), tapi pasang muka bete kalo disuruh nemenin ibu ke pasar. Dan ada yang mau aja nyium or dicium pacarnya, tapi males nyium tangan ibu en bapaknya, juga males nyium sajadah (baca: sholat).
Bro en sis, jangan berani bilang cinta en kasih sayang sebelum kamu-kamu bener-bener cinta pada Allah, RasulNya dan ortu. Pasalnya, tiga perkara itu yang kudu dicintai bener-bener sebelum orang lain. Tentang cinta pada ortu pernah ditanyakan oleh seseorang pada Rasulullah saw.: “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang lebih berhak aku layani dengan baik?” Rasulullah saw. menjawab, “Ibumu” (Rasulullah saw. mengulangnya tiga kali) lalu menjawab “kemudian ayahmu.” (HR Bukhari)
Nah, kagak pantes ngaku cinta pada doi tapi ibu sendiri di-bete-in dan dibikin juthek. Kuwalat, lho!
Juga bukan true love kalo cinta itu kudu ngelabrak yang diharamkan Allah. Yoi, kagak pantes kita menomorsekiankan cinta pada Allah Swt., dan menomorsatukan cinta pada gebetan (pacar). Pasalnya, Allah udahngasih apa aja buat kita. Dan cinta Allah pada kita semua adalah sejati, tapi kalo cinta sesama manusia nggak ada jaminan bakal setia di dunia apalagi di akhirat. Kalimat hikmah mengungkapkan: “Cintailah kekasihmu sewajarnya karena bisa jadi kelak ia menjadi musuhmu, dan bencilah musuhmu sewajarnya, karena bisa jadi kelak ia menjadi kekasihmu.”
En buat kamu-kamu yang nerima coklat yang katanya tanda kasih sayang, jangan kegeeran. Berarti dirimu dan cintamu hanya terukur dengan sebatang coklat, atau selembar kartu cinta, atau mungkin kamu dianggap serupa dengan boneka Teddy Bear (keciaan…!).
Guyz, cinta itu lebih luas dari sebatang coklat, lebih indah dari selembar kartu Valentine, apalagi disamakan dengan boneka. Cinta itu kudu dibarengi dengan pengorbanan, dan pengorbanan yang paling utama adalah tunduk pada perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Orang yang berani tunduk pada Allah Ta’ala berarti dia bakal siap berkasih sayang dengan sepenuh hati dan pastinya bertanggung jawab.
Tapi orang yang nggak mau cinta pada Allah Swt., nggak ada jaminan tuh orang bakal bertanggung jawab. Lha, Allah aja udah dia khianati apalagi kekasihnya? Tul, nggak? Apalagi sewaktu pacaran udah minta macem-macem; peluk, cium, eh minta hubungan layaknya suami-istri lagi. Wah, tendang aja kalo ada cowok or cewek yang kayak begitu.
So, jangan blinded by love deh. Buta karena cinta. Ati-ati en waspada, Bro!
Penjajahan Barat dan Kapitalisme
Disadari atau tidak, aneka selebrasi V-Day yang marak pada tanggal 14 Febuari lalu, sebenarnya adalah produk penjajahan Barat dan Kapitalisme. Barat bukan aja berhasil ngejajah umat muslim secara politik dan ekonomi, tapi juga secara budaya. Buktinya, apa yang lagi tren di Barat selalu di-copy en di-paste sama anak-anak muslim. Termasuk V-Day ini, padahal banyak yang tidak tahu akar sejarahnya dan juga hukumnya dalam pandangan Islam. Malah, di beberapa kota di tanah air, mulai disemarakkan juga pesta Halloween oleh kalangan muda.
Efek yang lebih parah dari penjajahan budaya ini adalah rusaknya moral bahkan akidah umat Islam. Di kalangan muda, pacaran udah dianggap ‘rukun’-nya jadi anak muda. Bukan sekadar pacaran, tapi aktivitas dalam pacaran yang mendekati zina juga udah dianggap lumrah. “Namanya juga anak muda,” geto kata mereka.
Kapitalisme Barat juga menyusupkan penjajahan ekonominya lewat budaya. Para pengusaha diuntungkan berat lho dengan adanya V-Day. Aneka produk yang terkait dengan V-Day laris manis; coklat, kartu ucapan, boneka-boneka, sampai hotel-hotel. Jadi sebetulnya siapa yang diuntungkan? Pastinya para pengusaha.
Hal yang sama juga terjadi dalam perayaan Natal, di mana banyak rohaniawan Nasrani yang menyayangkan pudarnya semangat Natal karena dikalahkan dengan komersialisme. Gimana nggak, berfoto bareng Sinterklas aja kudu bayar! Ternyata dalam V-Day pun terjadi hal yang sama. Para pengusaha yang berotak kapitalis mengeruk keuntungan dari perayaan V-Day, termasuk para pengusaha hiburan yang menebarkan acara-acara “berkasih sayang”, juga para sineas yang bikin aneka film romantis di hari Valentine. Jadi intinya adalah duit bukan cinta, Bro!
Bro en sis, udah waktunya deh buka perasaan en pikiran, bahwa ada agenda terselubung yang berbahaya di balik selebrasi V-Day. Bahwa hari berkasih sayang udah dimanipulasi sedemikian canggihnya oleh kaum imperialis untuk memperdaya anak-anak muslim nan lugu (tapi bukan lutung gunung, ya?). Para remaja en pemuda muslim yang awam dari agamanya, terus dimanjakan dengan perayaan-perayaan seperti ini.
Bukan sekadar keyakinan, tapi moralnya juga ikut dibombardir oleh budaya liberal Barat, yakni pergaulan bebas. Kasih sayang yang sebenarnya karunia Allah dinodai dengan aktivitas pacaran sampai hubungan bebas yang kebablasan. Di negara-negara Barat, selebrasi V-Day emang nggak lepas dari seks pranikah. Maka di Inggris, pekan Valentine dijadikan bagian dari kampanye penggunaan alat kontrasepsi; kondom. Karena begitu tingginya aktivitas seks pranikah (baca: zina) pada saat itu. Tapi supaya tetep terkesan romantis, di’bungkus’lah oleh coklat dan setangkai mawar. Benarlah firman Allah Ta’ala yang udah ditulis sebelumnya di artikel ini (baca: buka di halaman sebelumnya ya).
So guyz, nyadar dong, bahwa kita tuh udah kelamaan dijajah oleh musuh-musuh Islam. Benteng kita udah dijebol luar dan dalem. Saatnya bangkit melawan penjajahan budaya Barat. Ngaji deh yang semangat. Pelajari Islam dengan seksama, yakini bahwa Islam itu sistem kehidupan yang benar, ideologi yang keren dan nggak ada yang sekeren Islam. Buktikan kalo ada yang lain. Sebab, kata Nabi saw.: “Islam itu tinggi dan tak ada yang setinggi Islam.”
Apa yang dikerjakan oleh banyak orang belum tentu kebenaran. Karena kebenaran tidak ditampakkan oleh banyaknya pengikut, tapi sumber kedatangannya. Meski sekarang orang yang menentang V-Day dan memper-juangkan syariat Islam nggak sebanyak kalangan pro Barat, tapi kebenaran itu ada pada mereka. Karena kebenaran itu datang dari Allah (al-Quran) dan RasulNya (as-Sunnah). Kalo nggak percaya pada Allah Swt. dan RasulNya, lalu percaya pada siapa lagi, dong? Sungguh terlalu!

mengapa Allah menguji Kita ?

Mengapa Allah menguji kita?

Kadang kita bertanya dlm hati & menyalahkan Allah, “apa yg telah saya lakukan sampai saya harus mengalami ini semua ?” atau “kenapa Tuhan membiarkan ini semua terjadi pada saya ?”
Here is a wonderful explanation…
Seorang anak memberitahu ibunya kalau segala sesuatu tidak berjalan seperti yang dia harapkan. Dia mendapatkan nilai jelek dalam raport, putus dengan pacarnya, dan sahabat terbaiknya pindah ke luar kota.
Saat itu ibunya sedang membuat kue, dan menawarkan apakah anaknya mau mencicipinya, dengan senang hati dia berkata,
“Tentu saja, I love your cake.”
“Nih, cicipi mentega ini,” kata Ibunya menawarkan.
“Yaiks,” ujar anaknya.
“Bagaimana dgn telur mentah ?”
“You’re kidding me, Mom.”
“Mau coba tepung terigu atau baking soda ?”
“Mom, semua itu menjijikkan.”
Lalu Ibunya menjawab,
“Ya, semua itu memang kelihatannya tidak enak jika dilihat satu per satu. Tapi jika dicampur jadi satu melalui satu proses yang benar, akan menjadi kue yang enak.”
Tuhan bekerja dengan cara yang sama. Seringkali kita bertanya kenapa Dia membiarkan kita melalui masa-masa yang sulit dan tidak menyenangkan. tapi Tuhan tahu jika Dia membiarkan semuanya terjadi satu per satu sesuai dgn rancanganNya, segala sesuatunya akan menjadi sempurna tepat pada waktunya.
Kita hanya perlu percaya proses ini diperlukan untuk menyempurnakan hidup kita.
Tuhan teramat sangat mencintai kita. Dia mengirimkan bunga setiap musim semi, sinar matahari setiap pagi. Setiap saat kita ingin bicara, Dia akan mendengarkan. Dia ada setiap saat kita membutuhkanNya, Dia ada di setiap tempat, dan Dia memilih untuk berdiam di hati kita.

Menjadi Manusia "Super Dahsyat"

Mungkinkah manusia memiliki kekuatan sepuluh kali lipat? Mungkin saja. Dalam pembahasan ini kita tidak berbicara tentang kekuatan dari ilmu-ilmu kesaktian yang beraroma syirik, tapi kita bicara tentang kekuatan yang bisa dimiliki oleh manusia tanpa harus berbuat syirik.Dan kekuatan ini hendaknya kita semua memilikinya, karena jika kita memiliki kekuatan sepuluh kali lipat, maka hasilnya akan sepuluh kali lipat pula. Dan jika kita ingin meningkatkan perolehan hasil, maka tingkatkanlah kekuatan yang kita miliki itu. Lalu bagaimana caranya? Untuk mendapatkan kekuatan yang dahsyat itu, Allah SWT telah membeberkan rahasianya. Simaklah ayat berikut ini!

"Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti." (QS.Al Anfaal:65)

Dalam ayat tersebut, Allah SWT memberitahukan pada kita bahwa jika kita ingin memiliki kekuatan sepuluh kali lipat, maka harus bekerja dengan sabar. Dalam perang seseorang yang sabar bisa mengalahkan sepuluh orang tentara musuh. Artinya seorang mukmin yang sabar memiliki kekuatan sepuluh kali lipat dibanding dengan kekuatan orang yang tidak sabar. Bahkan dengan sabar Allah juga menjanjikan pahala yang tiada terbatas kepada mereka yang sukses menetapi kesabaran.

"Sesungguhnya hanya orang-orang yang sabar sajalah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." ( QS. Az Zumar 10 ).

Dengan membaca ayat-ayat tersebut, menjadi jelaslah bahwa kekuatan itu terletak pada kesabaran. Dan dengan kesabaran, kita tidak hanya mendapatkan kekuatan yang berlipat-lipat, tapi juga mendapatkan banyak keutamaan diantaranya meraih pahala yang sifatnya tidak terbatas. Subhanallah... Sungguh beruntung sekali jika kita bisa mendapatkannya.

Seharusnya hal ini menjadi inspirasi bagi kita semua. Bisa jadi selama ini kita telah menyia-nyiakan potensi kekuatan yang dahsyat itu di dalam diri kita karena kita tidak sabar.

Sabar telah mendapat perhatian yang sangat besar di dalam al Qur'an, disebutkan sekitar 90 tempat dalam berbagai ayat. Hal ini menunjukkan betapa sabar memiliki keutamaan yang sangat banyak dan menjadi wajib hukumnya untuk dipraktekan dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Oleh karena itu marilah kita meningkatkan kesabaran demi kehidupan yang lebih baik.

Kebutuhan Manusia terhadap Sabar
Manusia dalam kehidupannya suatu saat pasti menghadapi cobaan atau ujian. Jika cobaan atau ujian itu telah datang, pada saat itulah dibutuhkan kesabaran. Semakin besar cobaan yang menimpa, semakin besar pula kebutuhan persediaan kesabaran. Dan bagi mereka yang tidak sabar, tentu akan dikecewakan oleh tindakannya itu. Karena ketidaksabaran justru akan menambah tekanan batin dan melemahkan kekuatan.

Memang sabar itu adalah sebuah kata yang indah dan mudah diucapkan dengan lisan namun sangat sulit untuk dipraktekan. Akan tetapi jika kita ingin sukses dalam kehidupan ini, tidak bisa tidak kita harus memakai sabar dalam setiap tindakan kita.

Dan perlu diketahui pula bahwa bersabar itu bukan berarti diam menunggu atau pasrah dengan alasan menerima taqdir tanpa berbuat apa-apa, justru sabar ada pada "kerja" bukan pada diam.

Sabar adalah tetap melakukan apa yang harus kita lakukan. Jika kita tetap melakukan apa yang harus kita lakukan dengan penuh kesabaran, maka kekuatan kita akan berlipat ganda. Kita akan menjadi manusia yang super dahsyat insyaAllah!

Perintah pertama Untuk menampakan Dakwah

Sehubungan dengan hal ini, ayat pertama yang turun adalah firmanNya: “dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat” (Q.S.26/asy-Syu’ara’ : 214). Terdapat jalur cerita sebelumnya yang menyinggung kisah Musa ‘alaihissalaam dari permulaan kenabiannya hingga hijrahnya bersama Bani Israil, lolosnya mereka dari kejaran Fir’aun dan kaumnya serta tenggelamnya fir’aun bersama kaumnya. Kisah ini mengandung beberapa tahapan yang dilalui oleh Musa ‘alaihissalaam dalam dakwahnya terhadap Fir’aun dan kaumnya agar menyembah Allah.
Seakan-akan rincian ini hanya dipaparkan seiring dengan perintah kepada Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam agar berdakwah kepada Allah secara terang-terangan sehingga dihadapan beliau dan para shahabatnya terdapat contoh dan gambaran yang akan dialami oleh mereka nantinya;yaitu berupa pendustaan dan penindasan manakala mereka melakukan dakwah tersebut secara terang-terangan. Demikian pula, agar mereka mawas diri dalam melakukan hal itu dan berdasarkan ilmu semenjak awal memulai dakwah mereka tersebut.
Disamping itu, surat tersebut (asy-Syu’ara’) juga berbicara mengenai nasib yang akan dialami oleh pendusta-pendusta para Rasul, diantaranya sebagaimana yang dialami oleh kaum nabi Nuh, kaum ‘Ad dan Tsamud, kaum Nabi Ibrahim, kaum Nabi Luth serta Ashhabul Aykah (selain yang berkaitan dengan perihal Fir’aun dan kaumnya). Hal itu semua dimaksudkan agar mereka yang melakukan pendustaan mengetahui bahwa mereka akan mengalami nasib yang sama seperti nasib kaum-kaum tersebut dan mendapatkan pembalasan dari Allah bila melakukan hal yang sama. Demikian pula, agar kaum Mukminin tahu bahwa kesudahan yang baik dari itu semua akan berpihak kepada mereka bukan kepada para pendusta tersebut.
Berdakwah di kalangan Kaum Kerabat
Setelah menerima perintah dalam ayat tersebut, Rasululullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam mengundang keluarga terdekatnya, Bani Hasyim. Mereka datang memenuhi undangan itu disertai oleh beberapa orang dari Bani al-Muththalib bin ‘Abdi Manaf. Mereka semua berjumlah sekitar 45 orang laki-laki. Namun tatkala Rasulullah ingin berbicara, tiba-tiba Abu Lahab memotongnya sembari berkata: “mereka itu (yang hadir) adalah paman-pamanmu, anak-anak mereka; bicaralah dan tinggalkanlah masa kekanak-kanakan! Ketahuilah! Bahwa kaummu tidak memiliki cukup kekuatan untuk melawan seluruh bangsa Arab. Akulah orang yang berhak membimbingmu. Cukuplah bagimu suku-suku dari pihak bapakmu. Bagi mereka, jika engkau ngotot melakukan sebagaimana yang engkau lakukan sekarang, adalah lebih mudah ketimbang bila seluruh suku Quraisy bersama-sama bangsa Arab bergerak memusuhimu. Aku tidak pernah melihat seseorang yang datang kepada suku-suku dari pihak bapaknya dengan membawa suatu yang lebih jelek dari apa yang telah engkau bawa ini”. Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam hanya diam dan tidak berbicara pada majlis itu.
Kemudian beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam mengundang mereka lagi, dan berbicara: “alhamdulillah, aku memujiNya, meminta pertolongan, beriman serta bertawakkal kepadaNya. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah semata Yang tiada sekutu bagiNya”. Selanjutnya beliau berkata: “sesungguhnya seorang pemimpin tidak mungkin membohongi keluarganya sendiri. Demi Allah yang tiada Tuhan selainNya! Sesungguhnya aku adalah Rasulullah yang datang kepada kalian secara khusus, dan kepada manusia secara umum. Demi Allah! sungguh kalian akan mati sebagaimana kalian tidur dan kalian akan dibangkitkan sebagaimana kalian bangun dari tidur. Sungguh kalian akan dihisab (diminta pertanggungjawabannya) terhadap apa yang kalian lakukan. Sesungguhnya yang ada hanya surga yang abadi atau neraka yang abadi”.
Kamudian Abu Thalib berkomentar: “alangkah senangnya kami membantumu, menerima nasehatmu, dan sangat membenarkan kata-katamu. Mereka, yang merupakan suku-suku dari pihak bapakmu telah berkumpul. Sesungguhnya aku hanyalah salah seorang dari mereka namun aku adalah orang yang paling cepat merespek apa yang engkau inginkan; oleh karena itu teruskan apa yang telah diperintahkan kepadamu. Demi Allah! aku masih akan melindungi dan membelamu akan tetapi diriku tidak memberikan cukup keberanian kepadaku untuk berpisah dengan agama Abdul Muththalib “.
Ketika itu, berkata Abu Lahab: “demi Allah! ini benar-benar merupakan aib besar. Ayo cegahlah dia sebelum dia berhasil menyeret orang lain selain kalian!. Abu Thalib menjawab: “demi Allah! sungguh selama kami masih hidup, kami akan membelanya”.
Di atas Bukit Shafa
Setelah yakin tugasnya menyampaikan wahyu Rabbnya telah mendapatkan perlindungan dari pamannya, Abu Thalib, beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam suatu hari berdiri tegak diatas bukit Shafa sembari berteriak: ” Ya shabaahah! (seruan untuk menarik perhatian orang agar berkumpul di waktu pagi)”. Lalu berkumpullah suku-suku Quraisy. Kemudian beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam mengajak mereka kepada tauhid, beriman kepada risalah yang dibawanya dan Hari Akhir.
Imam Bukhari telah meriwayatkan satu sisi dari kisah ini, yaitu hadits yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, dia berkata: “tatkala turun ayat {firmanNya: ‘dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat’ [Q.S. asy-Syu’ara’ : 214] } Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam naik ke atas bukit Shafa lalu memanggil-manggil : ‘wahai Bani Fihr! Wahai Bani ‘Adiy! Seruan ini diarahkan kepada suku-suku Quraisy. Kemudian tak berapa lama, merekapun berkumpul. Karena maha pentingnya panggilan itu, seseorang yang tidak bisa keluar memenuhinya, mengirimkan utusan untuk melihat apa gerangan yang terjadi?
Maka, tak terkecuali Abu Lahab dan kaum Quraisypun berkumpul juga. Kemudian beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam berbicara: ‘bagaimana menurut pendapat kalian kalau aku beritahukan kepada kalian bahwa ada segerombolan pasukan kuda di lembah sana yang ingin menyerang kalian, apakah kalian akan mempercayaiku?. Mereka menjawab: ‘ya! Kami tidak pernah tahu dari dirimu selain kejujuran’. Beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam berkata: ‘Sesungguhnya aku adalah sebagai pemberi peringatan kepada kalian terhadap azab yang amat pedih’. Abu Lahab menanggapi: ‘celakalah engkau sepanjang hari ini! Apakah hanya untuk ini engkau kumpulkan kami?. Maka ketika itu turunlah ayat {firmanNya: “binasalah kedua tangan Abu Lahab…”} [Q.S. al-Masad: 1] “.
Sedangkan Imam Muslim meriwayatkan satu sisi yang lain dari kisah tersebut, yaitu riwayat dari Abu Hurairah radhiallaahu ‘anhu, dia berkata: “Tatkala ayat ini turun {firmanNya: ‘dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat’ [Q.S. asy-Syu’ara’ : 214] } Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam mendakwahi mereka baik dalam skala umum ataupun khusus. Beliau berkata: ‘wahai kaum Quraisy! Selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Ka’b! Selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Fathimah binti Muhammad! Selamatkanlah dirimu dari api neraka. Demi Allah! sesungguhnya aku tidak memiliki sesuatupun (untuk menyelamatkan kalian) dari azab Allah selain kalian memiliki ikatan rahim yang akan aku sambung karenanya”.
Teriakan yang keras ini merupakan bentuk dari esensi penyampaian dakwah yang optimal dimana Rasulullah telah menjelaskan kepada orang-orang yang memiliki hubungan terdekat dengannya bahwa membenarkan risalah yang dibawanya tersebut adalah bentuk dari efektifitas hubungan antara dirinya dan mereka. Demikian pula, bahwa fanatisme kekerabatan yang dibudayakan oleh orang-orang Arab akan lumer di bawah terik panasnya peringatan yang datang dari Allah tersebut.
Dan sikap kaum Musyrikin Menyampaikan al-Haq secara terang-terangan terhadapnya
Teriakan lantang yang dipekikkan oleh Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam tersebut masih terasa gaungnya di seluruh penjuru Mekkah. Puncaknya saat turun firmanNya Ta’ala: “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik” (Q.S. al-Hijr: 94). Lalu Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam melakukan dakwah kepada Islam secara terang-terangan (dakwah jahriyyah) di tempat-tempat berkumpulnya kaum musyrikin dan di club-club mereka. Beliau membacakan Kitabullah kepada mereka dan menyampaikan ajakan yang selalu disampaikan oleh para Rasul terdahulu kepada kaum mereka: ‘wahai kaumku! Sembahlah Allah. kalian tidak memiliki Tuhan selainNya’. Beliau juga, mulai memamerkan cara beribadahnya kepada Allah di depan mata kepala mereka sendiri; beliau melakukan shalat di halaman ka’bah pada siang hari secara terang-terangan dan dihadapan khalayak ramai.
Dakwah yang beliau lakukan tersebut semakin mendapatkan sambutan sehingga banyak orang yang masuk ke dalam Dienullah satu per-satu. Namun kemudian antara mereka (yang sudah memeluk Islam) dan keluarga mereka yang belum memeluk Islam terjadi gap; saling membenci, menjauhi dan berkeraskepala. Melihat hal ini, kaum Quraisy merasa gerah dan pemandangan semacam ini amat menyakitkan mereka.
Sidang Majlis membahas upaya menghalangi Jemaah Haji agar tidak mendengarkan Dakwah Muhammad
Sepanjang hari-hari tersebut, ada hal lain yang membuat kaum Quraisy gundah gulana; yaitu bahwa belum beberapa hari atau bulan saja dakwah jahriyyah tersebut berlangsung hingga (tak terasa) mendekati musim haji. Dalam hal ini, kaum Quraisy mengetahui bahwa delegasi Arab akan datang ke negeri mereka. Oleh karena itu, mereka melihat perlunya merangkai satu pernyataan yang nantinya (secara sepakat) mereka sampaikan kepada delegasi tersebut perihal Muhammad agar dakwah yang disiarkannya tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jiwa-jiwa mereka (delegasi Arab tersebut). Maka berkumpullah mereka di rumah al-Walid bin al-Mughirah untuk membicarakan satu pernyataan yang tepat dan disepakati bersama tersebut. Lalu al-Walid berkata:” Bersepakatlah mengenai perihalnya (Muhammad) dalam satu pendapat dan janganlah berselisih sehingga membuat sebagian kalian mendustakan pendapat sebagian yang lain dan sebagian lagi menolak pendapat sebagian yang lain”.
Mereka berkata kepadanya: “Katakan kepada kami pendapatmu yang akan kami jadikan acuan!”.
Lalu dia berkata: “justru kalian yang harus mengemukakan pendapat kalian biar aku dengar dulu”.
Mereka berkata: “(kita katakan) dia (Muhammad) adalah seorang dukun”.
Dia menjawab: “Tidak! Demi Allah dia bukanlah seorang dukun. Kita telah melihat bagaimana kondisi para dukun sedangkan yang dikatakannya bukan seperti komat-kamit ataupun sajak (mantera-mantera) para dukun”.
Mereka berkata lagi: “kita katakan saja; dia seorang yang gila”.
Dia menjawab: “Tidak! Demi Allah! dia bukan seorang yang gila. Kita telah mengetahui esensi gila dan telah mengenalnya sedangkan yang dikatakannya bukan dalam kategori ketercekikan, kerasukan ataupun was-was sebagaimana kondisi kegilaan tersebut”.
Mereka berkata lagi: “kalau begitu kita katakan saja; dia adalah seorang Penya’ir’ “.
Dia menjawab: “Dia bukan seorang Penya’ir. Kita telah mengenal semua bentuk sya’ir; rajaz, hazaj, qaridh, maqbudh dan mabsuth-nya sedangkan yang dikatakannya bukanlah sya’ir”.
Mereka berkata lagi: “Kalau begitu; dia adalah Tukang sihir”.
Dia menjawab: “Dia bukanlah seorang Tukang sihir. Kita telah melihat para tukang sihir dan jenis-jenis sihir mereka sedangkan yang dikatakannya bukanlah jenis nafts (hembusan) ataupun ‘uqad (buhul-buhul) mereka”.
Mereka kemudian berkata: “kalau begitu, apa yang harus kita katakan?”.
Dia menjawab: “Demi Allah! sesungguhnya ucapan yang dikatakannya itu amatlah manis dan mengandung sihir (saking indahnya). Akarnya ibarat tandan anggur dan cabangnya ibarat pohon yang rindang. Tidaklah kalian merangkai sesuatupun sepertinya melainkan akan diketahui kebathilannya. Sesungguhnya, pendapat yang lebih dekat mengenai dirinya adalah dengan mengatakan bahwa dia seorang Tukang sihir yang mengarang suatu ucapan berupa sihir yang mampu memisahkan antara seseorang dengan bapaknya, saudaranya dan isterinya. Mereka semua menjadi terpisah lantaran hal itu”.
Sebagian riwayat menyebutkan bahwa tatkala al-Walid menolak semua pendapat yang mereka kemukakan kepadanya; mereka berkata kepadanya: “kemukakan kepada kami pendapatmu yang tidak ada celanya!”. Lalu dia berkata kepada mereka: “beri aku kesempatan barang sejenak untuk memikirkan hal itu!”. Lantas al-Walid berfikir dan menguras fikirannya hingga dia dapat menyampaikan kepada mereka pendapatnya tersebut sebagaimana yang disinggung diatas.
Dan mengenai al-Walid ini, Allah Ta’ala menurunkan enam belas ayat dari surat al-Muddatstsir, yaitu dari ayat 11 hingga ayat 26; dipertengahan ayat-ayat tersebut terdapat gambaran bagaimana dia berfikir keras, Dia Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya) [18]. maka celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan,[19]. kemudian celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan, [20]. kemudian dia memikirkan, [21]. sesudah itu dia bermasam muka dan merengut, [22]. kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, [23]. lalu dia berkata:”(al-Qur’an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), [24]. ini tidak lain hanyalah perkataan manusia”. [25].
Setelah majlis menyepakati keputusan tersebut, mereka mulai melaksanakannya; duduk-duduk di jalan-jalan yang dilalui orang hingga delegasi Arab datang pada musim haji. Setiap ada orang yang lewat, mereka peringatkan dan singgung kepadanya perihal Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam .
Sedangkan yang dilakukan oleh Rasululllah Shallallâhu ‘alaihi wasallam manakala sudah datang musimnya adalah mengikuti dan membuntuti orang-orang sampai ke rumah-rumah mereka, di pasar ‘Ukazh, Majinnah dan Dzul Majaz. Beliau mengajak mereka ke jalan Allah namun Abu Lahab yang selalu membuntuti di belakang beliau memotong setiap ajakan beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam dengan berbalik mengatakan kepada mereka: “jangan kalian ta’ati dia karena sesungguhnya dia adalah seorang Shabi’ (orang yang mengikuti syari’at nabi-nabi zaman dahulu atau orang yang menyembah bintang atau menyembah dewa-dewa) lagi Pendusta”.
Akhir yang terjadi, justru dari musim itu delegasi Arab banyak mengetahui perihal Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam sehingga namanya menjadi buah bibir orang di seantero negeri Arab.
Metode-Metode yang digunakan dalam menghadapi Dakwah Islamiyyah
Manakala kaum Quraisy menyelesaikan rituil haji, mereka segera memikirkan metode-metode yang bakal digunakan dalam menghadapi dakwah Islamiyyah di tempat bertolaknya, lalu mereka memilih beberapa metode berikut:
Mengejek, menghina, merendahkan, mendustai dan menertawakan :
Target mereka adalah menghinakan kaum Muslimin dan melemahkan semangat juang mereka. Mereka menuduh nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam dengan tuduhan-tuduhan yang kerdil dan celaan-celaan yang nista; menjuluki beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam sebagai orang gila , dalam firmanNya: “dan mereka berkata: “Hai orang yang diturunkan kepadanya adz-Dzikr (al-Qur’an), sesungguhnya engkau adalah orang yang benar-benar gila”. (Q.S.15/ al-Hijr: 6).
Mereka juga menuduh beliau sebagai tukang sihir dan pendusta, dalam firmanNya: “Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata :”ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta”. (Q.S. 38/Shaad: 4). Mereka mengunjungi dan menyambut beliau dengan penuh rasa dendam dan gemuruh kemarahan, {Allah berfirman} : “Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar al-Qur’an dan mereka berkata:”Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila”. (QS. 68/al-Qalam:51).
Bila beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam sedang duduk-duduk dan disekitarnya shabat-shahabat beliau yang terdiri dari al- Mustadh’afun (kaum-kaum lemah), mereka mengejek sembari berkata: “(semacam) mereka itulah teman-teman duduk (ngobrol) nya, {Allah berfirman}: “orang-orang semacam itukah diantara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?”. (Q.S. 6/al-An’am: 53), lalu Allah membantah ucapan mereka tersebut: “Tidakkah Allah mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepadaNya)?”. (Q.S. 6/al-An’am: 53).
Kondisi mereka sebenarnya persis sebagaimana yang dikisahkan oleh Allah kepada kita, dalam firmanNya: “Sesungguhnya orang-orang yang berdusta, adalah mereka yang dahulunya (di dunia) mentertawakan orang-orang yang beriman (29). Dan apabila orangp-orang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedipkan matanya (30). Dan apabila ornag-orang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira (31). Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan: ’sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat (32). Padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin (33)”. [Q.S. 83/al-Muththaffifiin: 29-33].
Memperburuk citra ajaran-ajaran yang dibawanya, menyebarkan syubhat-syubhat, mempublikasikan dakwaan-dakwaan dusta, menyiarkan statement-statement yang keliru seputar ajaran-ajaran, diri dan pribadi beliau serta membesar-besarkan tentang hal itu:
Tindakan tersebut mereka maksudkan untuk tidak memberi kesempatan kepada orang-orang awam merenungi dakwahnya: Mereka selalu berkata tentang al-Qur’an: {Allah berfirman}: “dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang” (Q.S.25/al-Furqan: 5). {Dan firmanNya}: ” al-Qur’an ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad dan dia dibantu oleh kaum yang lain…”. (Q.S. 25/al-Furqan: 4). Mereka sering berkata: {dalam firmanNya}: “sesungguhnya al-Qur’an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)”. (Q.S. 16/an-Nahl: 103).
Mereka juga sering mengatakan tentang Rasululullah : {dalam firmanNya}: “mengapa Rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar?”. (Q.S.25/al-Furqan: 7). Di dalam al-Qur’an terdapat banyak contoh bantahan terhadap statement-statement mereka setelah menukilnya ataupun tanpa menukilnya.
Menghalangi orang-orang agar tidak dapat mendengarkan al-Qur’an dan mengimbanginya dengan dongengan-dongengan orang-orang dahulu serta membuat sibuk mereka dengan hal itu:
Mereka menyebutkan bahwa an-Nadhar bin al-Harits pergi ke Hirah. Disana dia belajar cerita-cerita tentang raja-raja Persia, cerita-cerita tentang Rustum dan Asvandiar. Jika Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam sedang duduk-duduk di suatu majlis dalam rangka berwasiat kepada Allah dan mengingatkan manusia akan pembalasan-Nya, maka seusai beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam melakukan hal itu; an-Nadhar berbicara kepada orang-orang sembari berkata: “Demi Allah! ucapan Muhammad tersebut tidaklah lebih baik dari ucapanku ini”. Kemudian dia mengisahkan kepada mereka tentang cerita raja-raja Persia, Rustum dan Asvandiar. Setelah itu, dia berceloteh: “Kalau begitu, bagaimana bisa ucapan Muhammad lebih bagus dari ucapanku ini?”.
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas disebutkan bahwa an-Nadhar membeli seorang budak perempuan. Maka, setiap dia mendengarkan ada seseorang yang tertarik terhadap Islam, dia segera menggandengnya menuju budak perempuannya tersebut, lalu berkata (kepada budak perempuannya): “beri dia makan, minum dan penuhi kebutuhannya. Ini adalah lebih baik dari apa yang diajak oleh Muhammad kepadamu”. Maka turunlah ayat mengenai dirinya, Allah berfirman: “Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah…”. (Q.S.31/Luqman: 6).

Bicara dari hati akan kena ke hati

Ada sebuah ungkapan yang pernah saya dengar, yaitu "Kalau orang bicara dari hati, akan kena ke hati !" Mungkin banyak orang yang sepakat dan setuju dengan ungkapan itu. Saya pun pada dasarnya setuju, tapi kenapa dibenak saya ada terpikir hal lain dari ungkapan tsb dan saya ingin mengomentarinya lebih lanjut.

Dalam keseharian kadang kita pernah melihat atau bahkan mengalami juga kejadiannya, yaitu perselisihan dengan orang lain karena sebuah masalah yang akhirnya timbul perdebatan. Bisa jadi saat itu kita memang tidak bersalah dan berusaha menerangkan kejadian yang sebenarnya (Bicara dari Hati). Tetapi pada kenyataannya dan sayangnya orang yang bermasalah pada kita itu tidak mau mengerti, bahkan bisa lebih seru lagi...sampai ada istilah seperti ini "Koq jadi Galakan dia..." ha..ha..ha !

Setelah saya pikir-pikir...ternyata ungkapan "bicara dari hati, akan kena ke hati " itu berlaku hanya bagi orang yang hatinya hidup saja, dalam istilah agamanya (Qolbun Salim). Tapi untuk yang hatinya kurang hidup...yaaa seperti itu tadi walaupun kita sudah berusaha menerangkan/menjelaskan permasalahannya dengan baik (Bicara dari Hati), tetap saja tidak mengena ke hatinya untuk menerima kenyataan dengan Fair.

Contoh respond baik dari orang yang hatinya hidup biasanya diakhir pembicaraan seperti ini "Oh...jadi begitu ya masalah yang sebenarnya, maaf ya...saya pikir tadi begini begitu bla bla bla..." ada lagi yang merespondnya begini " Ya sudah kalau begitu tidak apa-apa..." ada juga yang respondnya " Ya sudah deh, mau gimana lagi kalau sudah begitu..." dan masih ada lagi contoh respond-respond baik lainnya...dan untuk orang yang hatinya hidup, kalau toh dia meminta ganti rugi, dia akan meminta penggantian dengan sewajarnya.

Tapi beda lagi respond dari orang yang hatinya kurang hidup, contoh : "Pokoknya saya ngga mau tau, anda harus bla bla bla..." lalu ada lagi "Udah deh anda ngga usah banyak omong !!!" dan ada juga yang begini "saya tau !!! saya tau !!! tapi anda kan bla bla bla..." mungkin masih banyak lagi expresi lainnya yang pada intinya tidak bijaksana/arif menyikapi dan merespond atas masalah yang sebenarnya.

Sebenarnya sih kalau mau Fair, orang yang hatinya kurang hidup itu...hati kecilnya sih mungkin memahami apa yang dibicarakan oleh lawan bicaranya, tapi ya begitu deh berhubung hatinya kurang hidup (jarang diberi pupuk Ilmu Agama), jadi sesuatu yang tadi itu sudah sempat mengena dihati kecilnya berat untuk bisa membias dalam bentuk prilaku yang baik. Ibarat pohon yang pada dasarnya bisa tumbuh tanpa pupuk (hanya sekedar tumbuh saja), beda dengan pohon yang diberi pupuk, tentu tumbuhnya bisa lebih baik daripada pohon yang tanpa pupuk.

Tapi ada lagi orang yang Supplai ilmunya cukup...tapi prilakunya tetap saja kurang baik, saya berfikir ternyata itu masalahnya ada pada tekad dan kemauannya yang Macet, sehingga ilmu yang sudah didapat hanya Parkir saja pada dirinya. Itu sama halnya seperti masalah lampu yang apinya kecil tapi kondisi sumbu dan minyaknya dalam keadaan baik ?! ternyata masalahnya ada pada alat Volume untuk membesarkan apinya "alat volume-nya macet", wal hasil tetap saja lampu itu sulit/berat untuk bisa menerangi dengan terang benda-benda yang ada disekelilingnya, karena itu tadi ada masalah (Macet) pada alat Volume lampunya.

Begitulah uraian sederhana dari saya tentang ungkapan bagus itu yang seharusnya bila memang sudah benar mengena ke hati, biaskan lah dalam bentuk prilaku yang baik, sehingga setiap masalah bisa berakhir dengan sebuah solusi yang baik. Semoga kita termasuk orang-orang yang hatinya hidup (Qolbun Salim), Aamiin ya Rabbal 'alamin.

Tak Ada Ikhwah Yang Tak Retak

”Era fitnah itu berlangsung sudah. Sahabat membantai sahabat lainnya. Khalifah Umar, Utsman dan Ali dibunuh. Perang Jamal yang berkecamuk melibatkan puluhan bahkan ratusan ribu tentara Muslim meninggalkan kerugian yang tidak terkira, ratusan “Al Qur’an berjalan” musnah dari muka bumi. Peristiwa demi peristiwa seperti itu terus berlangsung hingga kini.”

Salah siapakah ini? Apa yang salah dari ajaran kita?



Tentu bukan Rasulullah atau risalah ini yang salah. Jelas! bukan ajaran sempurna dari baginda Muhammad SAW yang menyebabkan itu. Tetapi person yang inkonsistensi terhadap ajarannyalah penyebabnya. Dan inilah yang bisa kita ambil hikmahnya hari ini. Manusia dengan kelebihan akalnya tetaplah makhluk yang tidak sempurna.

Fenomena merasa lebih benar, lebih tahu, lebih baik dan serba lebih lainnya selalu menyelinap di benak manusia. Kehancuran kekhalifahan Kordoba yang secara resmi berakhir pada 1031 M lebih banyak diakibatkan karena merasa superior. Suatu kebudayaan yang belum lama sebelumnya masih memuncaki kejayaannya mulai mengalami kemerosotan. Bukan karena ancaman eksternal, tetapi pemicunya lebih kepada masalah internal dalam pemerintahan Islam saat itu. Kekayaan yang berlimpah-ruah, arsitektur budaya yang hebat, kultur masyarakat yang rapi dan bersih menanamkan bibit-bibit congkak. Perasaaan ini berujung pada kesombongan, merasa paling hebat, besar dan kuat. Fitnah dan perebutan kekuasaan antara umat Islam pun terjadi Sehingga perlahan tapi pasti musuh pun dengan mudah menghancur leburkan warisan Islam paling fenomenal di saentero Eropa.

Saat ini kita disuguhi lagi fenomena seperti itu. Setiap orang ingin memperingatkan dan mengajak kepada kebangkitan. Macam-macam caranya. Ada yang dengan amal nyata memulai perbaikan tersebut bertingkat, mulai dari diri sendiri, keluarga masyarakat dan seterusnya. Ada yang masih dalam tataran konsep dan hendak diimplementasikan. Ada yang sudah berlari, ada pula yang berjalan. Ada yang berjalan, ada pula yang merangkak.

Sayangnya, kita selalu berorientasi ke orang lain. Menuntut orang lain baik, padahal kita sendiri masih keteteran untuk menjadi sosok ideal. Lebih mending orang yang suka menuntun dan menuntut. Menuntun orang untuk bertindak yang benar dan pada tempat yang benar. Menuntut bila prinsip-prinsip itu dilanggar. Menuntun paling efektif dengan teladan nyata. Ustadz Rahmat Abdullah ketika menyebut orientasi amal mengingatkan pada suatu qaedah : ”Setiap ucapan yang tak menghasilkan amal, maka menyibukkan diri di dalamnya sama dengan menggeluti kerja terlarang dalam syara” (Kullu kalamin la yanbani alaihi amal, falkhaudhu fihi khaudhun fima nuhina anhu syar’an).

Menahan Diri dari Mencela Orang Lain

Rabi’ bin Hutsaim, seorang tabi’in yang terkenal dengan sikapnya dalam mensucikan jiwa mengatakan, ”Seandainya manusia itu tahu tentang aibnya sendiri niscaya tidak ada orang yang mau mencela aib orang lain.” Suatu ketika, ia pernah ditanya seorang sahabat, ”Wahai Abu Yazid -panggilan Rabi’- mengapa engkau tidak pernah mencela orang lain? Ia menjawab, ”Demi Allah, jiwaku saja belum tentu diridhai Allah, lalu untuk apa aku mencela orang lain? Sesungguhnya banyak manusia yang takut kepada Allah setelah melihat dosa-dosa yang dilakukan orang lain. Tetapi sayangnya mereka tidak merasakan hal itu saat melihat dosa-dosa yang dilakukannya sendiri.” (Tabaqat Ibnu Sa’ad, 6/168)

Seorang teman pernah pernah berkata bahwa kesempurnaan manusia terletak pada ketidaksempurnaannya. Saya sendiri agak susah menterjemahkanya (maklum, belum ahli filsafat teologis). Yang pasti tidak hanya gading saja yang retak, manusiapun bisa (dan jelas) ’retak’.

Potret Tarbiyah Kita

Eko Novianto dalam bukunya ”Sudahkah Kita Tarbiyah?” melukiskan sebuah fenomena ikhwah dengan indah. Ia menyebutkan bahwa dalam realitas yang selalu ’retak’ aktivitas mencermati, mengkritisi, dan mengoreksi adalah aktivitas yang sehat dan sangat diperlukan dakwah ini. Aktivitas inilah yang layak kita jadikan modal untuk menghindarkan kita dari sikap establish.

Di tengah perbedaan, sangat timbul berbagai pertanyaan. Seorang kader yang disiplin potensial akan mempertanyakan kader yang sering terlambat. Ikhwan dan akhwat yang mempunyai segudang aktivitas akan potensial ’memprotes’ saudaranya yang dianggapnya masih memiliki banyak waktu luang. Seorang yang teliti dalam menjaga kehalalan rezekinya akan terlihat rewel di mata kader yang tidak seteliti dia. Seorang yang menyukai mukhoyyam, rihlah, riyadah, atau demo bisa saja mengkritisi ikhwahnya yang cenderung ’ngruhi’ atau ’ngustadz’. Seorang yang terlatih dalam seminar, lokakarya, atau diskusi cenderung ’memprovokasi’ kader yang lain untuk berlatih diskusi. Seorang yang suka menulis dan tertib dalam catatan akan mendorong saudaranya untuk juga menulis dan tertib administrasi. Seorang kader potensial mempertanyakan sekian banyak hal dari kader yang lain, karena beberapa perbedaan di antara keduanya.

Maka, ini adalah realitas kita. Seorang ikhwan sangat disiplin ketika liqo’, meski ia bukan ’pemenang’ dalam berhubungan baik dengan tetangganya. Seseorang menonjol dalam ’prestasi’ dakwahnya meski ia mungkin bukan sosok yang baik bagi keluarganya. Seorang kader menonjol dalam ma’isyahnya di tengah kelemahannya dalam mengisi liqo’, ta’lim atau halaqoh. Seorang kader dinilai sebagai pakar keluarga meski ia dinilai mengabaikan tugas-tugas jama’inya. Seorang ikhwan dan akhwat menonjol di bidang akademiknya bersamaan dengan lemahnya interaksi dengan saudaranya. Seorang dihormati istri dan disayang anaknya, walaupun beberapa mutarobbinya ingin berpindah darinya. Junior merasa idealis dan tidak mau dicampuri seniornya meski sebetulnya tidak mampu mandiri. Seorang akhwat dan ikhwan ahli dalam merencana dan memproyeksikan, tapi kerap mengecewakan dalam implementasinya. Atau sebaliknya, mungkin saja ada keluarga kader yang rumahnya terawat rapi dan bersih, dan sebersih itu pula jumlah binaannya (alias tidak memiliki binaan). Seorang ummahat bisa saja menyebabkan anak-anaknya kerasan, sementara tidak demikian dengan mutarobbiyahnya. Seorang kader ’berapi-api’ dalam membahas politik global dan isu kontemporer setelah beberapa saat yang lalu berkeringat karena harus setor hafalan. Ada yang lebih eksplosif meski tidak konsisten ada ada yang lebih konsisten meski adem ayem saja (kalem), serta banyak variasi lainnya.

Kemenangan Dalam Sebuah Pengorbanan

Pada jaman dahulu ada seorang raja, ia memiliki seorang penyihir, ketika penyihir itu telah lanjut usia, ia berkata kepada Raja: "Sesungguhnya aku telah tua dan sebentar lagi kematian akan menjemputku, maka datangkanlah seorang pemuda kepadaku untuk kuajari ia tentang sihir," maka raja mendatangkan seorang pemuda kepadanya dan penyihir itu mengajarinya sihir.



Diantara penyihir dan raja terdapat seorang pendeta, lalu pemuda itu mendatangi pendeta serta mendengarkan ucapannya, pemuda itupun terkagum-kagum dengan ucapan sang pendeta, yang menyebabkan sang pemuda terlambat menghadap sang penyihir sehingga sang penyihir marah dan memukulnya seraya berkata: "Apakah yang telah menahanmu?," dan jika pemuda itu datang kepada keluarganya maka ia dipukul oleh keluarganya itu sambil berkata: "Apa yang telah menahanmu?," kemudian pemuda itu melaporkan kejadian itu kepada pendeta, maka pendeta itu berkata: "Jika penyihir hendak memukulmu maka katakanlah yang menahanku adalah keluargaku dan jika keluargamu yang hendak memukulmu maka katakanlah yang menahanku adalah penyihir."

Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam bersabda: "Pada suatu hari tiba-tiba datang seekor binatang melata yang besar serta menakutkan, binatang itu telah mengurung manusia sehingga manusia tidak bisa keluar dari kurungan itu, maka berkata pemuda itu: "Hari ini saya akan mengetahui siapa yang dicintai oleh Allah, pendeta itu atau penyihir itu," Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam bersabda, "Pemuda itu mengambil sepotong batu dan berkata: "Ya Allah jika pendeta itu lebih Engkau cintai dan Engkau ridhai dari pada penyihir itu, maka bunuhlah binatang ini sehingga manusia terlepas dari kurungannya, "dan pemuda itu melemparkan batu kearah binatang itu, maka binatang itu mati dan terlepas dari kurungan binatang itu, lalu sang pemuda mengabarkan kejadian itu kepada pendeta maka berkatalah sang pendeta: "Wahai anakku sesungguhnya engkau lebih baik dari pada diriku dan sesungguhnya engkau akan mengalami cobaan yang amat besar dan jika engkau mengalami cobaan itu janganlah engkau menunjuk kepadaku, "lalu pemuda itu dapat menyembuhkan orang buta dan penyakit kusta dan bahkan dia bisa memnyembuhkan manusia dari berbagai macam penyakit.

Raja tersebut mempunyai seorang teman yang tertimpa penyakit buta, lalu teman raja itu mendengar tentang pemuda itu, maka ia datang menemui pemuda degan membawa berbagai macam hadiah, teman raja itu berkata: "Sembuhkanlah aku dari penyakit ini maka milikmulah seluruh hadiah-hadiah ini, "maka sang pemuda berkata: "Saya tidak bisa menyembuhkan seseorang, sesungguhnya yang menyembuhkan hanyalah Allah, jika engkau percaya pada Allah maka aku akan berdo'a kepada Allah untuk menyembuhkannmu, " lalu teman raja itu beriman kepada Allah dan sang pemuda berdo'a kepada Allah maka teman raja itu sembuh dari penyakitnya."


Kemudian teman raja itu mendatangi raja dan duduk di sisi raja seperti biasanya, maka sang raja berkata kepada temannya:"Wahai Fulan siapakah yang telah menyembuhkan penglihatanmu kepadamu?" maka temannya menjawab: "Tuhanku", berkata raja:"Sayakah?," teman raja menjawab:"Bukan, melainkan Tuhanku dan Tuhanmu juga yaitu Allah," raja berkata:"Jadi engkau mempunyai Tuhan selain aku?" temannya menjawab:"Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah," maka sang raja terus menyiksa temannya itu hingga ia menunjuk kepada sang pemuda, maka sang pemuda itu dipanggil kehadapan raja, berkata raja kepada pemuda itu:" Wahai anakku telah sampai kepadaku berita tentangmu bahwa engkau dapat menyembuhkan kebutaan dan penyakit kusta serta penyakit-penyakit lainnya," pemuda itu berkata:" Saya tidak dapat menyembuhkan seseorang sesungguhnya hanya Allah yang dapat menyembuhkan." raja berkata:"Saya?," pemuda itu menjawab:"Bukan," "Ataukah engkau mempunyai Tuhan selain aku?" pemuda itu menjawab: "Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah."


Maka raja pun menyiksa pemuda itu, pemuda itu terus disiksa hingga dia menunjukkan pendeta itu, maka pendeta itu dibawa kepada raja, dan raja berkata: " Kembalilah engkau kepada agamamu!," pendeta itu menolak, maka diletakkan gergaji dilehernya hingga membinasakannya, lalu berkata raja kepada temannya yang dulu buta: "Kembalilah engkau kepada agamamu!," temannya itu menolak, maka diletakkanlah gergaji dileher temannya itu hingga membinasakannya. Dan berkata raja kepada pemuda: "Kembalilah engkau kepada agamamu!," pemuda itu menolak, lalu pemuda itu dibawa ke suatu gunung oleh beberapa orang, dan raja berkata: "Jika kalian telah sampai dipuncak gunung itu dan dia belum juga mau kembali kepada agamanya semula maka lemparkanlah pemuda ini dari atas gunung!."


Maka pergilah mereka, dan ketika mereka telah berada di atas gunung, berkata pemuda itu: "Ya Allah lakukan sesuatu kepada mereka sesuai kehendak-Mu," maka gunung itu berguncang hingga mereka semua terlempar dari atas gunung, kemudian pemuda itu datang dan menemui raja, maka raja berkata: "Apa yang telah dilakukan oleh teman-temanmu?" pemuda itu menjawab: "Allah telah menolongku," kemudian sang raja memerintahkan untuk membawa pemuda itu ketengah laut oleh beberapa orang dengan menggunakan perahu yang panjang lalu sang raja berkata: "Jika kalian telah sampai di tengah laut dan dia belum juga mau kembali kepada agamanya semula maka tenggelamkanlah ia di laut," lalu pemuda itu berkata: "Ya Allah lakukan sesuatu kepada mereka sesuai kehendak-Mu," maka tenggelamlah orang-orang itu semua.


Dan pemuda itu datang menemui raja, maka berkata raja: "telah dilakukan oleh teman-temanmu?" pemuda itu menjawab: "Allah telah menolongku," kemudian pemuda itu berkata kepada raja: "Sesungguhnya engkau tidak dapat membunuhku sebelum angkau melakukan sesuatu yang aku perintahkan kepadamu, dan jika telah melaksanakan apa yang aku perintahkan kepadamu itu, maka engkau bisa membunuhku," berkata raja: "Apakah itu?," sang pemuda menjawab: "Engkau kumpulkan manusia disuatu tempat terbuka, kemudian engkau salib aku disebatang pohon lalu mengambil satu anak panah dari tempat menyimpan anak panahku, kemudian katakanlah: "Dengan nama Allah Tuhan pemuda ini," jika engkau melakukan itu maka engkau dapat membunuhku," maka sang raja melaksanakan perintah itu, dan dengan membaca: "Dengan nama Allah Tuhan pemuda ini," ia melepaskan anak panah dari busurnya hingga anak panah menancap pada pelipis matanya, lalu pemuda itu meletakkan tangannya pada tempat menancapnya anak panah dan mati, maka saat itu pula orang-orang yang berkumpul percaya (beriman) kepada Tuhan pemuda ini.


Maka dikatakanlah kepada raja itu: "Tahukah engkau sesungguhnya engkau tidak berhati-hati?," lihatlah semua manusia telah beriman, maka raja memerintahkan untuk membuat parit-parit kemudian dinyalakan api, lalu raja berkata: "Barangsiapa yang tidak mau kembali kepada agamanya semula maka masukkanlah mereka ke dalam parit itu," Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Mereka saat itu saling dorong untuk masuk ke dalam parit itu, hingga seorang wanita beserta anak bayinya yang masih menyusui, seakan-akan wanita itu hendak mundur dari api itu, maka bayinya berkata kepadanya:

"Bersabarlah engkau wahai ibuku, karena sesungguhnya engkau dalam kebenaran."

membatasi diri

ANA sangat suka membaca cerita-cerita yang memberikan inspirasi dalam hidup. Cerita-cerita yang cukup melekat dalam benak saya ialah saat membaca cerita seseorang yang cacat tetapi memiliki keterampilan luar biasa. Seorang yang cacat tetapi mencapai prestasi yang mengagumkan.

Kunci sukses mereka ialah mereka tidak menganggap cacat mereka sebagai hambatan meraih sukses. Mereka beranggapan bahwa mereka adalah sama dengan orang pada umumnya (dan memang benar). Mereka tidak beranggapan kekurangan pada dirinya sebagai alasan mereka untuk bersantai ria dan mengandalkan belas kasih orang lain.

Saya menjadi sedih saat melihat orang yang justru orang yang segar bugar tetapi telah memvonis dirinya tidak mampu sejak awal. Ketidak mampuan mungkin ada, saya memang
melihat ada faktor bakat pada kesuksesan manusia. Tetapi faktor bakat memberikan kontribusi yang sedikit. Bakat tanpa usaha keras akan percuma saja. Para atlet piala Uber dan Thomas memang kumpulan orang berbakat tetapi mereka berlatih seharian dan hampir tiap hari, dan masih kalah.

Cacat atau kekurangan lainnya memang akan membatasi kebebasan kita di suatu sisi. Namun kebebasan itu banyak dan bermacam- macam, jika salah satu kebebasan kita terpenjara, kita masih bisa mencari kebebasan yang lainnya. Sebagai contoh beberapa orang cacat yang tidak memiliki tangan kemudian bisa menulis dan melukis dengan mulutnya. Kebebasan tangan memiliki batasan tetapi dia masih memiliki kebebasan di mulutnya.

Apakah Anda tidak memiliki kebebasan di semua tubuh dan potensi Anda? Ya, Allah telah memberikan banyak kenikmatan kepada kita, bahkan tidak terhitung. Tetapi mengapa saat sebagian nikmat tidak ada harus mengeluh dan dijadikan alasan untuk tidak berbuat apa-apa? Bukankah itu sama dengan mendustakan nikmat Allah?

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS An Nahl:18)

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
(QS.Ar Rahmaan:13)

MENGAPA HARUS BERADA DI JALAN DAKWAH?




mengapa harus berada di jalan dakwah? tentu banyak uraian alasan terhadap alasan ini. tapi sebelum menguraikan alasan mengapa harus di jalan dakwah, sesungguhnya jalan dakwah ini merupakan kebutuhan kita sendiri. Rasa kebutuhan yang melebihi sekedar merasakan bahwa jalan ini merupakan kewajiban yang harus kitalakukan. bahkan lebih dari sebuah kebutuhan, karena kita melangkah di jalan ini merupakan bagian dari rasa syukur kita atas hidayah yang telah dilimphkan oleh Allah SWT kepada kita.

Jalan Dakwah, mengajarkan kita umtuk tetap hidup walau pahit dalam menjalaninya. Lalu ukhuwah kita menegaskan bahwa kita membutuhkan orang lain dalam hidup ini. karena Rasulullah bersabda "Barangsiapa mengajak kepada petunjuk Allah, maka ia akan mendapatkan pahala yang sama seperti jumlah pahala orang yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikitpun oleh pahala mereka" (HR. Muslim)

ada banyak orang-orang mulia yang telah menuai pahala begitu banyak dan berkuadrat-kuadrat karena telah menyebabkan kita mengenal islam. ada banyak orang-orang mukmin di jalan dakwah yang memperoleh nilai-nilai pahala yang besar dikarenakan upaya mereka membimbing kita untuk melangkah di jalan ini.

apakah kita tak ingin seperti mereka yang telah banyak memperoleh pahala dan keridhaan Allah SWT karena peran-peran mereka di jalan dakwah. Dan karena itulah, kita membutuhkan jalan ini, jalan yang dapat menyangga kebahagiaan di dunia dan akhirat, tempat turunnya limpahan rahmat dan kasih sayang Allah SWT, dan tak ada makhluk Allah yang mendapatkan dukungan doa seluruh makhluknya kecuali mereka yang mengupayakan perbaikan umat serta tetap komitmen di jalan dakwah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "sesungguhnya Allah, para malaikat, semut yang ada di dalam lubangnya, bahkan ikan yang ada dilautan akan berdoa untuk orang yang mengajak dan mengajarkan kebaikan kepada manusia" (HR. Tirmudzi)

alasan lainnya, karena dakwah ini akan menjadi penghalang turunnya azab Allah SWT. "Dan ingatlah ketika suatu umat diantara merekaberkata: mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang sangat keras? mereka menjawab: agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa" (QS Al-a'raf : 164)

saya berharap kita semua selalu ada di jalan ini dan tak akan meninggalkan jalan ini sampai raga kan berpisah dengan ruh. agar kita tidak dilupakan oleh Allah SWT di padang mahsyar kelak, agar kita selalu dalam naungan nur dan limpahan rahmat serta mendapatkn keridhaannya

karena kita hidup hanya untuk memilih satu jalan tidak semua jalan

tetapkan jalan kalian, ambil perjanjian yang allah janjikan kepada kita, jangan sampai kita menyesal wahai akhi ukhti


TERUSKAN PERJUANGAN YA AKHI WA UKHTI ...

MUHASABAH, ini loh Sholat ku

Yang pertama-tama dipertanyakan (diperhitungkan) terhadap seorang hamba pada hari kiamat dari amal perbuatannya adalah tentang shalatnya. Apabila shalatnya baik maka dia beruntung dan sukses dan apabila shalatnya buruk maka dia kecewa dan merugi. (HR. An-Nasaa'i dan Tirmidzi)

Sholat merupakan suatu bagian yang sangat penting bagi umat Islam sebagai aplikasi dari keimananya, tidak dapat dikatakan beriman dengan baik seorang muslim bila tidak melakukan sholat. Maka sudah selayaknya lah kita sebagai seorang muslim untuk bermuhasabah terhadap kualitas sholat yang kita lakukan.




Apakah sholat yang kita lakukan dalam beberapa waktu dilakukan dengan khusyu atau tidak. Huzaifah ra, mengatakan perkara yang utama yang hilang dalam ummat adalah khusyuan dan yang terakhir adalah sholat. Boleh jadi anda bertemu dengan jama’ah sholat namun tidak ada diantara mereka yang khusyu .

Sahabat ditegur dalan surat Al Hadiid ayat 16,
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik” [al hadiid 16]

Ibnu qoyyim Al jauzi membagi manusia dalam sholat menjadi 5:
1.orang yang lalai dalam mengerjakan sholat [di azab oleh Allah]
2.Orang yang mengerjakan sholat namun iya lalai dalam memujahadah melawan bisikan dan pikiran2 yang menggangu jiwanya [tidak khusyu] [akan di hisab]
3.Orang yang Sholat dan Berjihad, yaitu sanggum mengusir bisikan setan dalam sholat.[akan Dihapus Dosanya]
4.Orang yang hatinya tengelam dalam sholat dan ibadah kepada Rabbnya
5.Orang yang mendirikan sholat dengan menghadirkan hatinya di hadapan Allah SAW.

Agar Sholat kita berkualitas maka kita harus
1.Quwwah al murthadhoo: Memahami apa yang di baca
2.Dharbul Masyakil : Berusaha sekuat mungkin menghalangi hal2 yang merintangi sholat yang khusyu.

Label: Ini loh Sholat ku, MUHASABAH

Kebesaran Allah…

14 11 2008

sebagaimana kita tahu, Allah memiliki salah satu nama yaitu Maha Besar… namun, kebanyakan orang tidak mengerti bagaimana kebesaran Allah tersebut…

(tulisan ini hanyalah sekedar renungan,agar kita tersadar kita tidak berarti apa - apa dlm pandangan Allah)

ikhwatil islam… kita semua tahu bahwa Allah menciptakan langit sebanyak 7 lapis, dan juga bumi 7 lapis. Allah menciptakan alam ini selama 6hari. kita pun tahu kalau surga kelak luasnya seluas langit dan bumi… lalu, sebesar apakah langit itu???

“langit itu 7 lapis, jarak antara 1langit dengan langit setelahnya adlah 500 tahun perjalanan”

ikhwah fillah…pernahkah kita membayangkan ketika kita diangkat oleh utusan Allah yaitu Izroil pergi menghadap Allah? Kita akan terus diangkat sampai kita melihat tubuh kita terbaring tak berdaya dan melihat sanak saudara juga teman serta sahabat kita menangis di sekeliling jasad kita? lalu kita terus diangkat oleh Izroil sehingga kita dapat melihat rumah kita dan tetanga - tetangga kita? lalu Izroil terus membawa kita sampai kita hanya melihat sebuah komplek kecil dan manusia hanya terlihat seperti semut - semut kecil berkerumun? Allahu akbar… di mana keberadaan kita selama ini?

lalu izroil terus mengangkat kita sehingga kita bisa melihat benua - benua berwarna hijau dan birunya langit, keika itu sudah tak terlihat lagi manusia… Kemudian kita di bawa terus hungga melewati apa itu yang disebut atmosfer sehingga bumi hanya terlihat seperti titik… Pantaskah manusia berbuat sombong hari itu? pantaskah manusia sombong selama hidupnya? tak sadarkah kita ada Dzat Yang Maha Kuasa yang tidak pernah tidur mengawasi kita? Allahuakbar…

Kemudian, bagaimanakah kebesaran Allah?

sebagaimana di awal, langit itu 7 lapis, jarak setiap lapis adalah 500tahun perjalanan.di atas langit ke-7 ada tempat bernama ‘kursi’ , di atas kursi ada ‘air’. perbandingan besar antara kursi dengan bumi di tambah 7 lapis langit adalah seperti seseorang yang memakai cincin di tangannya. orang tersebut adalah kursi dan cincin tersebut adalah bumi ditambah ke 7 lapis langit.

Di atas ‘air’ ada ‘arsy, tempat bersemayam Allah, jarak dari ‘air’ ke ‘arsy adalah seperti jarak langit pertama ke langit ke-7. Allahu akbar… ‘arsy adalah tempat bersemayam Allah, dimana ‘arsy memiliki kaki - kaki dan memiliki malaikat penyangga ‘arsy, besar malaikat penyangga ‘arsy tidak terbayangkan besarnya.. dalam suatu hadits.. “jarak dari daging telinga (daun telinga) ke pundak malaikat penyangga ‘arsy adalah selama 700 tahun perjalanan (atau 500 tahun, kelupaan penulis! ^_^) ” itu hanya malaikat penyangga nya,, bagaimana dengan ‘arsy itu sendiri? lalu bagaimana dengan Dzat Maha Besar yang bersemayam di atasnya? perbandingan besar antara ‘arsy dengan kursi pun seperti orang yang memakai cincin/gelang, orang tersebut adalah ‘arsy dan cincin/gelang tersebut adalah kursi beserta apa - apa yang ada di dalamnya…

Lalu, dimanakah kita? masih pantaskah manusia biasa seperti kita sombong di muka dunia ini? masih pantaskah kita melupakan Allah?

Wallahu’alam bisshowwab…

INILAH SIKAPKAMI UNTUK - MU YAA PALESTINE


Khaibar khaibar ya Yahud ! Zaisu Muhammad saufa ya’ud ! Khaibar khaibar ya Yahud ! Zaisu Muhammad saufa ya’ud !

Terasa sangat menyesakkan dada ketika melihat betapa banyak kepedihan yang terjadi di tanah palestina, dengan arogannya kaum yahudi menembakkan peluru-peluru mereka tanpa pandang bulu, terasa ada iba yang mengalir disela-sela perasaan terhadap nasib palestina yang sedang diamuk yahudi terlaknat, sungguh terlaknatlah yahudi..

"Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas."
(Qs Al-Maa’idah:78)

Teringat ana dengan seorang cendekia muslim bangsa mesir, Ialah Ali Abdur Razig, seorang ulama dan hakim mahkamah syari’ah mesir yang membuat tulisan kontroversi di tahun 1925 yang akhirnya membuat dirinya disidang oleh suatu majelis ulama mesir yang terdiri dari 24 orang dan langsung diketuai oleh Syeik Al-Azhar dan akhirnya menghasilkan keputusan tidak diakui lagi Ali Abdur Razig sebagai seorang ulama dan memecatnya dari jabatan hakim.

Diantara pokok pemikiran Ali Abdur Razig didalam tulisannya adalah ;Menempatkan syariat islam semata-mata bersifat spitual, tanpa ada kaitannya dengan pemerintahan dan kekuasaan eksekutif (Pemikiran ini sejalan dengan gelombang gerakan kaum liberalisme saat itu dan sekarang ini yang memisahkan kehidupan duniawi dengan urusan agama), yang kedua adalah pemikirannya yang mengatakan bahwa perang (jihad) yang dilakukan oleh Rasulullah Saw dan para sahabat dulu adalah dengan alasan “Perluasan Jajahan”, dan bukan sama sekali demi agama atau untuk menyebarkan agama, sedang yang tekahir adalah dengan mengatakan bahwa pemerintahan abu bakar dan khalifah rasyidin sesudahnya bukanlah pemerintahan agama.

Namun tidak dalam kesempatan ini, tidak ingin ana berbicara tentang mereka kaum liberal yang telah mempelajari islam dengan nafsu mereka, dan tidak ingin juga dalam kesempatan ini ana mengajak antum untuk “berbicara” tentang mereka orang-orang “islam barat” yang belajar dan mengambil pendapat hukum islam menurut para ilmuwan barat dan bukan dari para ulama islam.. namun saat ini ada sebuah keinginan yang kuat didalah hati ana untuk mengajak antum semua “berbicara” tentang sebuah masalah pokok umat islam saat ini, tentang perseteruan hak dengan yang batil, perihal tanggung jawab besar umat islam, dan tentang pembuktian rasa cinta kita terhadap sesama muslim sebagai tanda keimanan kita dan juga sebagai wujud kemuliaan islam.

Keputusan majelis ulama mesir terhadap Ali Abdur Razig akhirnya pada tahun selanjutnya didukung oleh hasil kongres dunia Islam di Kairo, dan secara bersama kongres inipun mulai menyadari arti penting dari sebuah khalifah yang harus ditegakkan guna melindungi hak-hak kaum muslimin agar tidak seenaknya saja bisa diobrak-abrik oleh bangsa barat (Penghapusan kekhalifaan Turki Utsmani pada oktober 1924), dan kemudian menghasilkan salah satu point untuk “Mempertahankan daerah dan milik islam”. Tentang Pentingnya khalifah ini, Imam Hasan Al Banna pernah berucap "Ketahuilah bahwa syariat adalah dasar,dan raja adalah penjaga. Sesuatu yang tidak berdasar akan runtuh, dan sesuatu yang tidak terjaga pasti hiang."

Kekalahan Kekhalifaan Turki Utsmani dari pasukan Inggris (Yang dibantu Perancis, Rusia dan juga Arab Saudi-Syarif Husein, penguasan mekkah yang berhasil dibujuk inggris untuk keluar dari Utsmaniyyah, dan dijanjikan Pan-Arab yang akan dipimpinnya, namun akhirnya Syarif Husein juga dikhianati Inggris dan Prancis) pada tahun 1918, menyebabkan Pembagian kekuasaan antara inggris dan prancis terhadap wilayah-wilayah kekuasaan Utsmaniyyah, Inggris mendapatkan Irak dan Palestine sedang Prancis mendapatkan Siria, sedang apa yang didapatkan Syarif Husein…? Tidak ada selain kekecewaan rakyatnya yang akhirnya menurunkannya dari tahta dan digantikan putranya Ali, yah setali tiga uang, seperti juga bapaknya akhirnya Ali pun juga dapat “diturunkan” oleh gerakan wahabi (Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang berasal dari Najd).

Beberapa tahun setelah peristiwa ini, tepat lima tahun setelah dihapusnya kekhalifaan Turki utsmani dari peta kekuatan dunia (Tahun 1929), Terjadilah bentrokan pertama dalam sejarah konflik Palestina dengan Yahudi, dimana Yahudi dipersenjatai oleh Inggris. Secara kronologis terjadinya perpindahan bangsa Yahudi ke Tanah Palestina adalah ; Pertama, Ketika mulai semakin mengkristalnya gagasan-gagasan untuk menegakkan sebuah Negara untuk orang-orang yahudi (Negara Yahudi) yang ditulis didalam sebuah buku oleh Theodore Hertzel pada tahun 1896. Kedua, diselenggarakan konfrensi Zionis internasional pada tahun setelahnya (1897) yang kemudian pada akhirnya menyepakati berdirinya Negara yahudi di Palestina. Ketiga, Sultan Hamid II dari Turki kemudian didekati agar orang-orang Yahudi bisa berziarah dan menetap di Yerusalem, dan sebagai gantinya mereka akan membangunkan armada bagi Turki, juga melunasi hutang-hutang Turki kepada bangsa Arab, namun usaha mereka ini akhirnya gagal. Keempat, Pada tahun 1917 Lord Balfour (Perdana Menteri Inggris) mengeluarkan sebuah deklarasi yang pada intinya akan membangun sebuah “National Home” untuk orang-orang Yahudi di Palestina, sedangkan hak-hak bangsa selain Yahudi tidak akan dirugikan. Kelima, Setelah Turki mengalami kekalahan dari Inggris, Prancis dan dibantu Arab, maka PBB ketika itu (tahun 1922) memberikan mandat kepada Inggris atas tanah Palestina, dan pada akhirnya bangsa Yahudi pada tahun 1948 memproklamirkan Negara Yahudi di tanah Palestina.

Lalu bagaimana seharusnya sikap kita terhadap permasalahan ini..? Kalau ada orang yang mengatakan bahwa Masalah palestina adalah masalah Intern orang-orang Palestina.. Maka dengan tegas kita harus mengatakan “Tidak..!!” itu tidak benar…

Masalah Palestina bukan hanya masalah rakyat Palestina semata, namun merupakan permasalahan Pokok umat Islam saat ini. Semua permasalahan global umat islam saat ini bermula dari Perselisihan Palestina dengan Yahudi.

Ana masih mengingat benar apa yang dikatakan Imam Syahid Hasan Al banna didalam buku-bukunya.. Bahwa Yang disebut Tanah Air Islam adalah setiap jengkal tanah yang didalamnya ada orang-orang muslim..maka kita berkewajiban menjaga hak-haknya…Berbeda dengan orang-orang nasionalis, misalnya mereka (Nasionalis) berjuang mati-matian demi Negara indonesia karena mereka dilahirkan di indonesia, Namun kaum muslimin memiliki konsep kesatuan aqidah, mereka tidak hanya akan berperang dan berjuang mati-matian untuk Indonesia saja, tidak akan berhenti sampai disitu saja, namun mereka pun akan melakukan hal yang sama terhadap setiap tanah dan Bangsa islam yang lain. Apa yang dipahami oleh Islam adalah bahwa setiap daerah yang didalamnya terdapat orang muslim, maka kewajiban kita semua untuk membebaskannya dari penindasan, ketidakadilan, penjajahan, imprealisme, dan sebagainya…

Lihatlah Para sahabat Rasulullah dan kaum salafy setelah rasulullah, yang tinggalnya di pojok-pojok masjid merasa tidak puas hanya dengan kemedekaan negaranya, kemuliaan kaumnya dan kebebasan bangsanya saja., akan tetapi mereka menjelajahi bumi melancong keberbagai Negara sebagai perintis dan guru untuk memerdekakan bangsa-bangsa lain. Membimbing kearah cahaya Allah, mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Mereka tidak sama sekali menipu, tidak zalim dan tidak pula bertindak sewenang-wenang apalagi memperbudak. Tidaklah para salafy zaman itu, pergi melancong kenegeri-negeri lain, adalah untuk mendapatkan harta atau kemewahan dunia lainnya, namun sebagai penyelamat umat manusia kepada Cahaya Allah Swt. Ini lah yang dipahami oleh mereka para pendahulu kita…

Konsep atau pemikiran Imam Syahid ini kemudian di sebut konsep Geopolitik. Yang didasarkan pada surat Al-Baqarah ayat 193 “ Dan Perangilah mereka itu sehingga tidak ada Fitnah lagi, sehingga agama itu hanyalah untuk Allah belaka…” Maka sudah semestinya kita memberikan apa saja yang bisa kita berikan agar para muslimin Palestina tidak lagi di perlakukan dengan seenaknya, agar anak-anak muslim palestina juga bisa merasakan kemerdekaan sesungguhnya, agar terbukti kepada Allah, Rasul dan orang-orang beriman bahwa kita juga memiliki rasa cinta dan sayang terhadap sesama muslim..

Wallahu a'lam....

Memendam perasaan…??

14 11 2008

Ikhwah Fid dien…

untuk menjawab pertanyaan yang satu ini, ane nggak yakin bakalan jawab dengan benar. Karena apa? karena ane merasa ane juga termasuk orang yang pernah ‘gagal’ menata masalah hati kepada Robbi dan kepada makhluk - Nya. Tapi, berhubung pertanyaan seperti ini juga sering masuk ke handphone ane, yowis dengan mengucap bismillah ane akan coba jawab sependek pengetahuan ane…

Pertanyaan : Dosa gak sih menyimpan perasaan terhadap lawan jenis? lalu apa yang harus di lakukan kalo kita suka sama lawan jenis?

Al jawab : ikhwah fillah, manusia di ciptakan oleh Allah dengan segala macam kelebihan kita. Dalam hierarki makhluk Allah, manusia menduduki urutan paling mulia, lebih mulia dari malaikat.kenapa begitu? malaikat nggak punya akal, tapi manusia di beri akal untuk kehidupannya, manusia bebas memilih, ibadah mana yang ingin di lakukannya, kalo malaikat, mereka ada yang di ciptakan hanya untuk sujud,maka sujudlah mereka sepanjang hidupnya, ada yang di ciptakan hanya untuk bertasbih, maka bertasbihlah mereka sepanjang hidupnya.maka patut kita bangga jadi manusia.(hore)

lantas, manusia memiliki banyak fitrah dari Allah, salah satunya adalah cinta. Namun yang susah itu malah bagaimana caranya mengatur cinta yang benar, sesuai dengan syariat. Rosul pun memiliki rasa cinta, ketika Rosul di tanya oleh sahabat tentang siapa manusia yang paling di cintainya beliau menjawab ‘aisyah (bukan yang di pelm AAC loh…).

ketika manusia jatuh cinta itu biasa, namun ketika manusia salah mengatur cinta itu luar biasa. banyak orang beralasankan cinta, tapi berbuat zina,banyak yang menikah katanya atas dasar ‘cinta’ tapi melakukan kekerasan dalam rumah tangga atau cerai di layar kaca. Jatuh Cinta itu fitrah akhi wa ukhti.

mari kita mengingat kisah Nabi Ibrahim.beliau mengalami 2 ujian berat, salah satunya adalh ujian untuk menyembelih anaknya, Ismail. Ibrahim menikah lalu Allah mengaruniai Ibrahim seorang anak yang sudah di nantikannya. karena hal itu Ibrahim merasa sangat bersyukur dan sangat senang, bukankah hal yang di lakukan Ibrahim itu adalah wajar sebagai manusia? Namun ingat, Allah Maha Pencemburu, Allah ketika itu cemburu pada Ismail karena Allah merasa Ibrahim mencintai Ismail melebihi diri - Nya, sekali lagi kita ingat, bukankah kebahagiaan Ibrahim atas kehadiran Ismail itu wajar? Namun Allah cemburu, karena apa? karena Ibrahim adalah Kholilullah!! Ibrahim adalah kekasih Allah, Allah tidak mau di duakan, maka turunlah perintah untuk menyembelih Ismail sebagai ujian cinta ibrahim kepada Allah.Nabi Ibrahim ketika pertama kali mendapatkan wahyu seperti itu beliau merasa sedih, sedih karena Allah cemburu pada - Nya, juga sedih karena Ismail harus pergi… Ikhwah fillah, namun kesabaran Ismail berkata “duhai ayah, jika itu memang yang Allah perintahkan, maka lakukanlah, dan engkau akan mendapati aku ini orang yang sabar..” maka bergetarlah Ibrahim mendengarnya. Lalu, segera di laksanakanlah perintah Allah tersebut, Allah pun melihat Ibrahim ternyata lebih mencintai Nya daripada Ismail, maka Allah menyuruh malaikat - Nya untuk mengambil Ismail dan menggantinya dengan Domba.

Ikhawatil Islam… Dari kisah Ibrahim kita seharusnya sadar, bahwa Allah tidak menyukai bila Hamba -Nya mencintai sesuatu terlalu berlebihan.Namun, dalm suatu hadits di riwayatkan oleh imam Ahmad “Tuhanmu heran dengan pemuda yang idak memiliki rasa cinta..”.

begitulah ujian cinta, setiap manusia pasti memiliki rasa cinta, pasti dan tidak dapat di pungkiri.

lalu bagaimankah kita? bagaimana kita seharusnya menyikapi rasa cinta itu sendiri? ingat akhi ukhti, jangan pernah nodai cinta kita. Ketika kita melihat seseorang yang memiliki keindahan, maka katakanlah ” semoga hatinya seindah wajahnya..” . Biarkan rasa cinta yang hanya sesaat itu pergi, jangan pernah di ingat lagi, karena ingat! Semua ketentuan ada pada Allah swt.

memendam perasaan bukanlah sesuatu hal yang dosa, ketika kita udah nggak tahan maka puasa, ketika benar - benar nggak tahan silahkan menikah. Islam memberikan jalan yang termudah dan terindah yaitu pernikahan.

Ingat, Allah pernah bilang ” Hati manusia itu hanya satu tempat, jika tidak mengingat Aku (dzikrullah) maka dia mengingat yang lain…” maka binasalah para penyair yang mengatakan hatiku hanya untukmu, sedang kan ‘mu’ dalam artian mereka adalah lawan jenisnya…

Jadilah seseorang yang bercahaya karena iman dan cinta kepada Allah, juga menjadi indah karena Taqwa, ketika kita mencintai Allah dan Allah membalas cinta kita, maka apapun akan kita dapatkan.

mungkin itu sedikit tentang pertanyaan terkait, apabila ada kesalahan, tolong di benarkan.

Wallahu’alam…

Euthanasia bagi Orang yang Tidak Punya Harapan Sembuh, Seperti Orang yang Divonis Mati karena Menderita Kanker Stadium Lanjut atau AIDS

Abi AbduLLAAH


Disebutkan dalam kitab Fatwa-fatwa Kumpulan Fiqh Islam hasil Kumpulan Muktamar Islam dalam Daurah Muktamar ketiga tahun 1986 sebagai berikut:

Perumpamaan syariat bahwa bagi seorang yang telah mati dan telah dilakukan seluruh aturan syariat yang diwajibkan bagi jenazah atasnya, yaitu setelah jelas salah satu diantara tanda-tanda berikut ini:

1. Jika telah benar-benar berhenti detak jantungnya serta nafasnya dan ilmu kedokteran telah menetapkan bahwa berhentinya tersebut tidak dimungkinkan untuk berdetak lagi.

2. Jika telah berhenti seluruh organ otaknya dari berdenyut dan aturan kedokteran yang spesialis dan berpengalaman telah menetapkan bahwa denyutan tersebut tidak akan berdetak lagi dan boleh diambil otaknya.

Dan dalam kondisi tersebut diperkenankan mengambil bagian-bagian yang hidup yang menempel pada tubuh, walaupun bagian tubuh tersebut seperti jantung misalnya masih bekerja sebagaimana bagian yang berhubungan lainnya. ALLAHU a’lam.

Kesemuanya itu dikarenakan diantara tujuan kesehatan adalah jangan sampai berhentinya detak jantung dan hilangnya nafas sama sekali karena dengan demikian masih memungkinkan untuk dipacu selama jantungnya masih berdetak, tetapi jika jantungnya sudah berhenti berdetak dan diketahui hal tersebut melalui beberapa tanda-tanda seperti hilangnya gerakan dalam mata sama sekali, maka berarti pasien telah benar-benar meninggal. Sekalipun walaupun masih tersisa sedikit gerakan jantung, karena gerakan tersebut akan berakhir pada ketiadaan gerakan sama sekali.

Adapun jika otak belum sepenuhnya mati, maka mengambil bagian dari organ yang segar dari pasien pada kondisi tersebut merupakan pembunuhan atasnya, sebagaimana firman ALLAH SWT:

“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannnya ialah jahannam, Kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. An-Nisa’: 93)

Sekalipun diizinkan oleh pasien untuk mengambil organnya, karena hal tersebut sama dengan membunuhnya pelan-pelan, dan izinnya sama sekali tidak bisa menghalalkan yang haram, dan nyawa pasien tersebut bukan miliknya sehingga membolehkannya memberikannya pada orang lain. Bersabda nabi SAW:

“Ada diantara umat sebelum kalian seorang laki-laki yang terluka parah, sehingga ia tak tahan menahan sakit, maka ia mengambil pisau dan memutuskan urat nadinya, maka tumpahlah darahnya sampai ia mati. Maka berfirman ALLAH SWT: Hamba-KU telah berani mendahului (keputusan) KU, maka AKU haramkan syurga baginya [1].”

Adapun pasien yang telah tidak ada harapan sembuh atau sakitnya divonis mati, juga tidak dibolehkan dibunuh karena alasan untuk mencegah penularan, karena masih ada jalan lain untuk mencegah penularan dan mencegah penularan lebih ringan dari membunuh, seperti dipisahkan atau dikarantina dari orang lain.

(Ringkasan dari kitab Ahsanul Kalam fi Fatawa wal Ahkam, karangan syaikh ‘Athiyyah Shaqr Ketua Lajnah Fatawa al-Azhar, jilid-11).

Ternyata Anggota tubuh kita tidak bisa di bohongin….!!!!

Coba teman teman sekarang membayangkan........

Seekor Gajah yang BESAR


lalu berbelalai kuning......


dan memakai stoking



BAGAIMANA?????

sudah terbayang kah????



tenang2 ana tidak sedang ngebanyol...!!!!

nah sekarang coba perhatikan mata anda dengan cermin, saat anda memikirkan hal di atas tadi...!!!
maka yang akan anda temukan adalah bola mata anda akan mengarah ke arah kanan atas..!!
ini karena otak kanan selalu bekerja saat anda berimajinasi...!!!
jadi kalo berbohong mata anda pasti akan mengarah ke kanan atas....


so jangan lagi ngeboong deh gw akan tau, lw boong atau ngak...
qiqiqiqiqiqiqi

FILSAFAT PERSAHABATAN

"Orang yan mulia tidak akan mencela dirinya sendiri, Seseorang akan menjadi lebih baik dengan memiliki sahabat yang baik pula"

wah gak terbayangkan ya kalo kita hidup cuma dewekan eh maaf maksud ane sendirian, bagi ane hidup sendirian tu kagak enak, apalagi kagak punya sahabat sejati. Menurut banyak orang, sahabat sejati itu lebih berharga ketimbang emas. Nach kita memang ga bisa hidup sendirian, apalagi kita anak muda pasti dalam keseharian dan kehidupan pasti membutuhkan sahabat dan pasti punya sahabat sejati. di Atas ane udah memberikan pernyataan bahwa seseorang akan baik jika mempunyai sahabat yang baik. Rasulullah pun pernah bilang kalo orang yang berteman dengan orang pandai besi pasti kecipratan apinya dan orang yang berteman dengan penjual minyak wangi pasti akan kecipratan wanginya.

Sahabat sejati itu apa sich? kalo menurut ane sahabat sejati adalah orang yang jujur dengan diri kita, yang mau mengorbankan dirinya untuk kita dengan niat mencintai diri kita karena Allah. dalam sebuah persahabatan itu seharusnya mengutamakan kepentingan orang lain, bersungguh-sungguh dan berkorban ketika menghadapi kesulitan dan kesempitan, bukan orang yang mau berkorban ketika dalam keadaan lapang.

Nach keadaan sulit dan sempit itu bisa membantu kita menemukan sahabat sejati. karena sahabat sejati itu selalu ada ketika kita senang, bahagia, kesusahan dan kesulitan. kalo zaman sekarang ketika senang sahabat pasti ada tapi kalo kita udah susah pasti sahabat pada kagak mau peduli. pada hakikatnya pun kita memiliki tabiat yang tak lepas dari kesalahan dan kekurangan. Dalam sejarah tidak ada cuka yang bersih dari rasa asam, sama juga tidak akan ada sahabat yang suci tanpa kesalahan sama sekali.

Fudhail bin Iyadh pernah bilang, "siapa yang mencari sahabat yang tidak memiliki cacat apapun, dia tidak akan pernah mendapatkannya.

carilah dan temukanlah sahabat sejati kita. sahabat yang ada ketika kita senang dan tidak berpaling ketika kita kesusahan tetapi juga terimalah apa yang di miliki oleh sahabat kita, jangan mencari sahabat yang sempurna yang tak punya kesalahan dan kekurangan apapun. karena kesempurnaan itu adalah ketika kita mau menerima dan memahami kekurangan dan kesalahannya. Carilah sahabat yang mencintai kita karena Allah dan selalu mengingatkan kebenaran dalam kesabaran, sahabat yang membuat kita termotivasi tuk menjadi lebih baik

"aku tidak akan mendapatkan seorang sahabat jika selalu bersikap emosi. Reaksi terbaik adalah dengan bersikap pura-pura tidak mengetahui kesalahannya tetapi aku memetik manfaat dari akhlak dan mengambil pelajaran dari etika baik yang di contohkannya"

Kiat Sukses Berinteraksi Dengan Al-Qur’an (9); Berinteraksi dan Mentadabburkan Al-Qur’an Secara Aplikatif

| 13 November 2008 | 13 Dhul-Qadah 1429 H |



Nash Al-Quran Kaya Akan Nilai dan Petunjuk

Allah SWT memsifatkan Al-Quran Al-Karim dengan mubarak –memberikan keberkahan- sebagaimana Allah berfirman :

وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ مُصَدِّقُ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ

“Dan inilah Kitab yang kami turunkan, memberikan keberkahan dan kebenaran yang ada dihadapannya”. (Al-An’am : 92)

Kata Al-Barokah dalam Al-Quran bersifat umum dan universal; memberikan kebaikan pada setiap nash-nashnya, menampakkan tema secara gamblang yang ada di dalamnya, menerangkan pada setiap sisi-sisinya secara jelas dan terang.

Dan di antara bentuk dan gambaran Al-Barokan adalah Al-Quran memberikan keberkahan pada setiap nash-nashnya yang padat akan makna dan nilai-nilai, kalimat-kalimatnya yang singkat namun mengandung banyak petunjuk, luas akan makna, tinggi petunjuk-petunjuknya dan besar akan sentuhan-sentuhannya.

Dan diantara karakteristik dan uslub Al-Quran -sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Marhum DR. Muhammad Abdullah Darraz dalam kitabnya “An-Nabaul Adzim”- adalah bahwa Al-Qur’an memiliki ketepatan sasaran dan sesuai dengan makna yang dimaksud, karena itu seluruh uslub Al-Quran singkat dan padat, tepat sasaran dan tidak bertele-tele, tidak terlalu penjang dan tidak membuat orang bosan. Jika kita menelaah isinya maka akan kita dapati “penjelasan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan diri manusia, tidak akan terasa di dalamnya tabzir (sesuatu yang sia-sia) dalam kalimatnya -sehingga secara jelas- akan memberikan pembelajaran secara praktek akan nash-nash Al-Quran “Ambil mushaf dan bukalah lembaran-lembarannya, hitung semampu anda kalimat-kalimatnya, kemudian pilih dari ayat-ayat yang cocok untuk dipilih dan perhatikan ayat yang diwahyukan tersebut dan makna-maknanya, lalu perhatikan berapa kalimat yang dapat anda gugurkan –selahkan- atau anda ganti dari ayat tersebut tanpa melepas tujuan Dzat yang telah menurunkannya? Kalimat mana yang dapat anda gugurkan atau ganti?”. (An-Nanbaul Adzim : 105)

Imam Sayyid Qutb berkata tentang kandungan nash-nash Al-Quran yang kaya akan petunjuk, keotentikan, keindahannya, beliau berkata : “sesungguhnya satu nash saja dalam Al-Qur’an mengandung banyak petunjuk yang beragam dan saling berkaitan dalam nash yang lainnya, setiap petunjuk darinya memberikan penjelasan dan petunjuk yang tidak bertentangan atau terjadi benturan antara petunjuk yang satu dengan petunjuk yang lainnya. Setiap permasalahan dan hakekat akan mendapatkan porsi yang sesuai…karena setiap satu teks ayat mengandung beragam dimensi, tampak sekali kebenaran dalam tempat yang mendukung di dalamnya, seakan-akan pada mulanya diberikan pada sisi ini dan tempat itu ! hal tersebut merupakan fenomena Al-Quran yang membutuhkan banyak isyarat –penafsiran- kepadanya…” (Ad-Dzilal : 1787)

Pembaca yang ingin menapaki hidupnya dengan sentuhan-sentuhan Al-Quran secara jeli, menikmati naungan dan kelembutannya –sebagaimanana yang telah kami jelaskan pada kiat sebelumnya- harus memulai pada kaidah ini, menelaahnya dengan seksama, membuka rahasia-rahasianya yang berharga melalui kiat ini, menjabarkannya, menelaahnya, hidup bersamanya dan mengungkap isyarat-isyarat yang terdapat di dalamnya.

Ayat yang kami sebutkan sebelumnya –sebagai contoh—betapa banyak dalil-dalil dan nilai-nilai yang dapat dipetik darinya ? betapa banyak fenomena, bentuk dan ragam keberkahan yang dapat diambil darinya ? –berdasarkan kaidah balaghoh “menghilangkan objek berarti bersifat umum” maka Al-Quran memberikan kebekahan pada segala hal, keberkahan yang umum dan universal- ; memberikan keberkahan pada sumbernya karena ia merupakan kalamullah, memberikan keberkahan pada tempatnya yaitu di Al-Lauhul Mahfudz, memberikan keberkahan pada pembawanya yaitu Jibril AS, memberikan keberkahan kepada yang mendukungnya yaitu para malaikat, memberikan keberkahan kepada yang meneriman dan mengajarkannya yaitu nabi Muhammad saw, memberikan keberkahan pada seseorang yang tenang dan tentram di dalamnya yaitu hati Rasulullah saw, memberikan keberkahan pada ayat-ayatnya yaitu singkat namun padat dan kaya akan makna, memberikan keberkahan pada bentuknya yang kecil namun mengandung berbagai macam keilmuan, memberikan keberkahan dalam kandungan ilmu dan pengtahuan –pustaka tafsir, ulumul Quran sepanjang sejarah sehingga menjadi bukti akan hal tersebut- memberikan keberkahan pada syariat-syariatnya, manhaj-manhajnya dan prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya, memberikan keberkahan pada risalah, misi dan tujuannya, memebrikan keberkahan pada jejak, pengaruh dan petunjuknya dan lain sebagainya dari bentuk keberkahan yang terkandung dalam Al-Quran…

Sayyid Qutb menjelaskan gambaran tentang kalimat Al-Barokah dan cakupannya : “sesungguhnya Al-Quran merupakan lembaran-lembaran kecil dibanding kitab-kitab yang besar bentuknya seperti yang ditulis oleh manusia, namun mengandung berbagai petunjuk, dalil, penjelasan, arahan pada setiap paragraf yang ada di dalamnya, yang tidak dapat dijawab oleh beribu-ribu kitab yang besar sekalipun, bahkan dari berbagai macam bentuk dan modelnya! sesungguhnya yang berkecimpung dalam seni berbicara pada dirinya sendiri dan orang lain, menyesuaikan diri terhadap permasalahan yang terdapat pada lafadz-lafadz dan petunjuk-petunjuknya guna memberikan petunjuk kepada seseorang dalam mengungkapkan pendapatnya. Bahwa susunan Al-Quran yang mengandung keberkahan, dari sisi ini –walaupun mustahil bagi manusia membuat ungkapan seperti itu- untuk memahami terhadap apa yang dibawa oleh Al-Quran dari berbagai macam dalil, ungkapan, pemahaman, sentuhan dan pengaruh-pengaruhnya! bahwa satu ayat saja dapat memberikan banyak makna dan menjelaskan beberapa ketentuan, yang tidak dapat dibuat oleh petunjuk lain dari berbagai macam seni, ketetapan dan arahan sedikitpun, tidak ada bandingannya dari semua ucapan manusia” (Fi Dzilal Al-Quran : 2 : 1147)

Surat Al-Asr –sebagai contoh- adalah surat terpendek dalam Al-Quran yang jumlah ayatnya hanya 3 ayat, namun di dalamnya mengandung banyak makna dan petunjuk, yang dapat membuat banyak tulisan dan kitab dengan berjilid-jilid jumlahnya oleh karena makna dan nilai yang terkandung di dalamnya sangat banyak, sehingga benar ucapan Syafi’I : “Kalau manusia mau mentadabburkan surat Al-Asr maka akan mendapatkan wawasan yang luas”.

Betapa banyak pembaca Al-Quran mendapatkan bekal dari nilai-nilai dan petunjuk-petunjuk Al-Quran, betapa banyak pembaca Al-Qur’an dapat mengambil inti sari dan petunjuk-petunjuk yang ada di dalamnya, betapa banyak dari Al-Qur’an ditemukan berbagai makna dan ketetapan dari nash-nashnya.

Ketika seseorang mau berinteraksi dengannya atas dasar qaidah yang ini, maka, pasti akan membutuhkan banyak lembaran guna mendokumentasikan atas apa yang diwahyukan olehnya dari berbagai sisi dan arah.

Allah berfirman :

وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menta’ati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya”. (Al-Isro : 16)

إِنَّ الَّذِينَ يُحَادُّونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ كُبِتُوا كَمَا كُبِتَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَقَدْ أَنْزَلْنَا آَيَاتٍ بَيِّنَاتٍ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ مُهِينٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya pasti mendapat kehinaan sebagaimana orang-orang yang sebelum mereka telah mendapat kehinaan. Sesungguhnya kami telah menurunkan bukti-bukti yan gnyata. Dan bagi orang-orang kafir ada siksa yang menghinakan”. (Al-Mujadilah : 5)

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

“Tiap-tiap uamat mempunyai ajal –batas waktu- ; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaapun dan tidak dapat (pula) mereka bersedihhati”. (Al-A’rof : 34)

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yan gsempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (Toha : 124)